Mengenang Kesuksesan ‘Bapak’ Samsung, Lee Kun-Hee

Mengenang Kesuksesan ‘Bapak’ Samsung, Lee Kun-Hee

Lee Kun Hee, ‘bapak’-nya Samsung, meninggal dunia di usianya yang ke-78,  sosok yang berhasil naikkan derajat Samsung di mata dunia. Bagaimananya caranya?

Yuk, kita cari tahu sama-sama di artikel video Finansialku di bawah ini!

 

Pahlawan adalah mereka yang berjuang sampai akhir. Kalau kamu benar-benar pahlawan untuk orang tersayang, buktikan kalau kamu belum menyerah, dengan tetap berada di rumah kalau tidak ada keperluan yang mendesak.

Tenang, kamu tidak perlu bingung bagaimana menghabiskan waktu selama di rumah, karena kanal youtube Finansialku punya ratusan video informatif yang akan menemanimu. Jangan lupa mampir, ya!

 

 

Jangan lupa juga untuk tekan tombol subscribe di bawah ini dan nyalakan lonceng agar kamu tidak ketinggalan video-video terbaru dari Finansialku, ya!

 

 

 

Kisah Sukses Lee Kun-Hee

Kalau kita bicara soal android, pasti salah satu merek gadget asal Korea Selatan satu ini nggak absen untuk kita sebut, deh.

Adalah samsung, salah satu merek gadget sejuta umat, yang banyak digemari masyarakat. Selain karena punya banyak model dan varian dengan rentang harga yang sangat banyak, gadget buatan Samsung juga punya fitur sematan yang banyak dan canggih.

Eits, tapi, di balik kesuksesan samsung ini, tentunya ada andil yang cukup besar dari tokoh-tokoh hebat seperti Lee Kun-Hee, yang merupakan pemimpin perusahaan Samsung sejak 1987. Yuk, intip perjalanannya dalam membawa Samsung sukses sampai di titik ini!

 

#1 Anak Ketiga Lee Byung-Chul

Lee Kun-Hee adalah anak ketiga dari pendiri Samsung, Lee Byung-Chul. Kala itu, Samsung masih berupa perusahaan pengekspor sayuran, buah, dan ikan kering ke Manchuria dan Beijing.

Sebenarnya, Lee Kun-Hee sudah bergabung dengan Samsung sejak 1968. Tapi baru menjadi pemilik perusahaan setelah ayahnya meninggal dunia pada 1987.

 

#2 Berubah Total

Di tangan visioner Lee Kun-Hee, Samsung berubah menjadi perusahaan elektronik, berbekal gelar pendidikannya di bidang ekonomi dari Waseda University dan gelar MBA dari George Washington University.

Pada awal tahun 1990-an, Samsung mulai memproduksi barang murah dan berkualitas rendah, yang masih dianggap sebagai barang yang nggak berguna dan masih kalah jauh dengan pesaingnya.

 

#3 Deklarasi Frankfurt

Tahun 1993, Lee mendarat di Frankfurt, Jerman. Waktu itu, dia harus menelan pil kenyataan pahit kalau ternyata produknya sama sekali nggak diminati. Ini dibuktikan dengan produknya yang disimpen di ujung rak, bahkan di tempat yang hampir nggak kelihatan.

Sementara produk dari pesaingnya seperti Sony dan Polytron, dijajar di etalase paling depan di semua toko.

Nggak perlu waktu lama buat Lee untuk memanggil semua petinggi perusahaan untuk rapat di sebuah hotel bernama Falkenstein Grand Kempinski Hotel dan Lee memaparkan visinya untuk brand Samsung.

 

#4 Berubah Habis-Habisan

Dari situ akhirnya Samsung merombak semua aspek yang ada di dalamnya, seperti mengubah bahan sampai kebiasaan karyawan yang awalnya masuk kerja jam 08.30, jadi jam 07.00. Katanya, bertujuan agar karyawan dapat ‘menyerap reformasi dalam tidur mereka.’

Pada 1995, dia mengumpulkan 2.000 karyawan untuk memperbaiki 150.000 hp, mesin faks, dan produk lainnya yang tidak memenuhi standar kualitasnya.

Kemudian 2010, Samsung mulai memproduksi varian hp baru bernama ‘Galaxy’ dengan menggunakan sistem operasi Android.

Satu tahun berselang, dengan produk itu, Samsung berhasil menyalip Apple sebagai smartphone yang paling banyak terjual dalam satu tahun.

 

#5 Membuahkan Hasil

Semua usaha ini kemudian membuahkan hasil. Pada 2012, Samsung berhasil jadi perusahaan yang punya riwayat penjualan ponsel terbesar di dunia.

Kemudian 2016, Samsung Electronics berhasil menyalip Sony dalam penjualan layar TV dengan nilai pasar US$ 100 miliar lebih! Wow, hebat, ya!

Belajar dari Lee Kun-Hee, kita jadi tahu kalau tidak ada yang tidak mungkin selama kita mau berusaha dan konsisten dengan perubahan. Kalau menurut kamu, gimana, nih? Yuk, ngobrol di komentar!

Oh, ya, jangan lupa untuk sebarkan artikelnya lewat pilihan platform yang tersedia di bawah ini kalau kamu merasa artikel ini bermanfaat, ya!

dilema besar