Parah! Singapura Terjerumus Resesi, Ekonomi Minus 41,2%

Parah! Singapura Terjerumus Resesi, Ekonomi Minus 41,2%

Terdampak virus corona ekonomi Singapura terjerumus ke dalam resesi, begini pengaruhnya ke Indonesia!

Informasi selengkapnya, dapat dibaca dalam artikel Finansialku di bawah ini!

 

Rubrik Finansialku

 

Singapura Masuk ke Jurang Resesi Ekonomi

Ekonomi Singapura terjerumus ke dalam resesi pada kuartal lalu akibat dampak circuit breker atau pembatasan sosial terhadap bisnis dan pengeluaran ritel.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Selasa (14/07) mengutip dari Bisnis, Departemen Perdagangan dan Industri Singapura melaporkan produksi domestik bruto (PDB) terkontraksi 41,2 persen pada kuartal II/2020 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Tak hanya lebih buruk dari median survei Bloomberg untuk kontraksi sebesar 35,9 persen, capaian tersebut adalah kontraksi terbesar secara kuartalan dalam sejarah pencatatan.

Adapun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year), PDB pada kuartal kedua terkontraksi 12,6 persen, lebih dalam dari median survei untuk kontraksi 10,5 persen.

Rekor kemerosotan pada kuartal lalu terutama disebabkan oleh lockdown sebagian, dikenal sebagai circuit breaker di Singapura, yang diterapkan mulai 7 April hingga 1 Juni untuk memperlambat penyebaran Covid-19,” ungkap pihak kementerian, seperti dilansir dari Bisnis dari Bloomberg.

[Baca Juga: Duh, Indonesia Terancam Resesi di Kuartal Ke-Tiga 2020!]

 

Kemerosotan yang semakin dalam mencerminkan dampak yang dialami ekonomi Singapura di tengah pandemi Covid-19.

Pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Singapura juga telah mengalami kontraksi hingga 2,2% yoy yang juga disebabkan oleh penyebaran COVID-19.

Saat itu, Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura terpaksa menurunkan prediksi pertumbuhan PDB mereka tahun 2020 ini 1-4%.

Perkiraan itu jauh lebih dalam dari sebelumnya yang hanya berada di kisaran 0,5-1,5% saja.

Dalam setahun penuh, MTI memperkirakan kontraksi sebesar 7-4%. Ini akan menjadi resesi terburuk Singapura sejak merdeka tahun 1965.

Penurunan perkiraan ekonomi tersebut dibuat berdasarkan perhitungan kinerja ekonomi Singapura pada kuartal pertama ini, dan penurunan tajam yang juga terjadi secara global sejak Februari lalu,” bunyi keterangan Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura dikutip dari Detikcom, Selasa (14/03).

Bukan hanya itu saja, penurunan dalam perdagangan global telah memukul industri manufaktur yang bergantung pada ekspor, sementara peritel mengalami rekor penurunan penjualan.

Kondisi ini juga memberi tekanan tambahan pada Partai Aksi Rakyat yang berkuasa. Pemerintah telah menjanjikan stimulus senilai sekitar S$93 miliar (US$67 miliar) untuk menopang bisnis dan rumah tangga yang bermasalah.

Rilis PDB Singapura yang relatif awal memberi gambaran tentang seberapa dalam resesi yang akan dihadapi negara Asia lainnya.

 

Pengaruh Singapura Resesi ke Indonesia

Resesi yang dialami Singapura, tentunya, memberikan dampak ke Indonesia, khususnya di sektor riil.

Meski begitu, selama beberapa bulan ke belakangan dampaknya tentunya sudah terasa, sebab rilis data PDB merupakan “peresmian” resesi, penurunan aktivitas ekonomi sudah terjadi beberapa bulan ke belakang.

Singapura merupakan investor strategis bagi Indonesia.

[Baca Juga: Ini Ramalan Resesi Ekonomi 2020 yang Agak Seram Untuk Indonesia]

Pada 2019, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat penanaman modal asing (PMA) Singapura sebesar US$ 6,5 miliar, menjadi yang terbesar dibandingkan negara-negara lainnya.

Di kuartal I-2020, nilai PMA Singapura juga masih tinggi, sebesar US$ 2,72 miliar, tetapi di kuartal II-2020 mungkin lain ceritanya.

Selain itu juga, Singapura merupakan pasar ekspor non-migas Indonesia, pada periode Januari-April, nilai ekspor non-migas ke sebesar US$ 3,53 miliar, sementara impor US$ 2,94 miliar.

Resesi yang dialami Singapura tentunya mengurangi nilai ekspor, begitu juga impor.

Sektor riil sudah pasti terkena dampaknya, ke sektor finansial juga sudah merasakannya pada bulan Maret lalu kala IHSG dan rupiah ambrol.

Tetapi, Cnbc Indonesia mewartakan, rilis data hari ini kemungkinan tidak akan terlalu berdampak ke pasar finansial, sebabnya para investor sudah mengantisipasi resesi tersebut dari jauh-jauh hari.

Sebagaimana mana yang kita  tahu banyak negara akan mengalami resesi, tidak hanya Singapura, tetapi penyebabnya sama yakni virus corona.

Nah, untuk meredam penyebarannya, memang negara-negara harus mengorbankan sektor ekonomi, dan mengutamakan sektor kesehatan. Tetapi kini sudah muncul harapan akan bangkitnya perekonomian, yang menjadi lebih penting dan berpengaruh ketimbang resesi yang sudah pasti.

China dalam beberapa pekan terakhir menunjukkan tanda-tanda kebangkitan ekonomi, dari ekspansi sektor manufaktur serta kenaikan inflasi.

Hari ini, mengutip dari Cnbc Indonesia, China akan merilis data neraca dagang yang akan mempengaruhi sentimen pelaku pasar.

Tanda-tanda kebangkitan ekonomi China akan semakin besar jika ekspor dan impor mulia menunjukkan pemulihan. Hal itu tentunya akan menambah sentimen positif di pasar Asia dan dunia.

 

 

Bagikan setiap artikel Finansialku kepada rekan atau kenalan, agar mereka tahu apa yang kamu ketahui.

Jika membutuhkan bantuan berupa solusi jitu tentang mengatur keuangan pribadi bisnis atau keluarga, kamu dapat menghubungi Konsultan Perencana Keuangan Finansialku.

Semoga bermanfaat, ya.

 

Sumber Referensi:

  • Renat Sofie Andriani. 14 Juli 2020. Parah! Singapura Terjerumus Resesi, Kontraksi Ekonomi Capai 41,2 Persen. com – https://bit.ly/3iWa3UF
  • Vadhia Lidyana. 14 Juli 2020. Ekonomi Kontraksi 41%, Singapura Jatuh ke Jurang Resesi! detik.com – https://bit.ly/2AU8eWS
  • Putu Agus Pransuamitra. 14 Juli 2020. Perhatian! Singapura Resmi Resesi Hari ini. com – https://bit.ly/2DGiC5J
  • Rehia Sebayang. 14 Juli 2020. Tok! Singapura Resmi Resesi, Ekonomi Minus 41,2% di Q2. com – https://bit.ly/38VaXMq

dilema besar