Emiten MAPI mencoba peruntungan dengan masuk ke segmen penjualan gadget. Bagaimana rencana dan prospeknya?
Artikel ini dipersembahkan oleh
Milestone MAPI
Berdiri pada tahun 1995 dengan berfokus pada ritel produk Sports. Kini, MAPI telah berkembang pesat dengan lini usaha di produk olahraga, fashion, department stores, makanan & minuman, produk anak-anak dan gaya hidup, dengan target konsumen menengah-atas.
Bahkan, MAPI juga menjalin kemitraan strategis dengan Everstone untuk Burger King dan juga Domino’s Pizza. Begitu pun dengan CVC untuk Bisnis Active Perusahaan serta dengan General Atlantic untuk Bisnis F&B (MBA).
Tidak hanya di Indonesia, MAPI juga beroperasi di berbagai negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Australia dan lainnya.
Pada 2016, MAPI juga melebarkan sayapnya ke Vietnam melalui pembukaan gerai Zara pertama.
Di Indonesia sendiri, terdapat lebih dari 2.300 gerai ritel MAPI yang tersebar di 71 kota besar.
Pada November 2004, perusahaan untuk pertama kalinya melakukan penawaran perdana di BEI, dengan mencatatkan sebanyak 1.660.000.000 lembar saham dengan harga Rp 625- per saham.
Dengan begitu, perusahaan retail ini resmi menggunakan kode saham MAPI.
Ekspansi MAPI: Distributor Produk Apple Dengan Digimap
Masuk pada semester II-2019 ini MAPI terus gencar merealisasikan ekspansinya, dengan mengembangkan gerai Digimap terhitung sejak Juli 2019 kemarin.
Hingga per September 2019 ini MAPI sudah membuka 18 gerai Digimap yang tersebar di 5 kota, diantaranya: Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, dan Bali.
Selanjutnya hingga akhir tahun ini, MAPI masih berencana menambah 5 hingga 10 gerai Digimap lagi.
Tujuan pengembangan gerai Digimap tersebut tidak lain agar MAPI bisa masuk ke segmen penjualan gadget.
Hal lain yang perlu kita ketahui tentang Digimap ini adalah Apple Authorized Reseller, yang akan terintegrasi ke dalam rantai bisnis MAPI untuk memudahkan para pelanggannya berbelanja.
Digimap juga memiliki toko online yakni www.digimap.co.id/id, seperti berikut ini:
Digimap sendiri merupakan konsep baru MAPI yang menjajakan ragam produk Apple mulai dari: iPhone, iPad, iWatch, perangkat komputer Mac, ragam seri laptop Macbook, dan juga aksesoris lainnya.
Digimap ini adalah langkah awal MAPI masuk ke pasar ritel gadget dengan menjual produk Apple. Sekaligus untuk memperkuat segmen lifestyle yang menjadi fokus utama MAPI selama ini.
Bahkan untuk mendukung pengembangan Digimap nya tersebut, MAPI sudah melakukan akuisisi terhadap gerai Infinite yang juga merupakan premium reseller produk Apple di Indonesia.
Dengan demikian, kini MAPI sudah resmi menjadi Authorized Distributor dan Reseller untuk produk Apple. Dan akan menyasar segmen pasar yang konsumennya cenderung memiliki hobi belanja ponsel di gerai-gerai resmi.
Gerai Digimap MAPI VS iBox ERAA
Jika di atas tadi, kita sudah bahas mengenai sejauh apa ekspansi MAPI dalam upayanya menjadi Distributor Produk Apple. Kali ini Penulis akan sedikit memberikan pandangan lainnya terkait ekspansi yang dilakukan oleh MAPI ini.
Lantas apa hubungannya dengan ERAA (PT Erajaya Swasembada Tbk.)? Tentu ada, secara tidak langsung ERAA sudah lebih dulu mengembangkan bisnisnya melalui gerai iBox yang juga menjual rangkaian produk Apple.
Hal itu menjadikan iBox sudah lebih eksisting sebagai Apple Premium Reseller (APR) di Indonesia.
[Baca Juga: Prospek SIDO Di Masa Depan Setelah Bertahan 80 Tahun]
Sementara Digimap yang diusung oleh MAPI menjadi pemain baru di bisnis pemasaran produk Apple dan mau tidak mau Digimap dan iBox harus bersaing satu sama lain.
Penulis cukup yakin persaingan antara Digimap dan iBox akan menarik perhatian konsumen. Digimap diback up oleh MAP Group, sementara iBox dibackup oleh Erajaya Group. Keduanya sama-sama pemain besar.
Sebagai pemain baru, Digimap sendiri nampaknya akan agresif untuk merebut pangsa pasar iBox.
Apalagi mengingat, produk Apple yang merupakan global brand, jadi nantinya konsumen bisa bayar pakai MAP Club agar bisa dapat poin.
Bahkan poinnya pun bisa di-redeem dan dipakai belanja di toko lain di bawah MAP Group. Tidak hanya itu, konsumen juga bisa belanja pakai MAP gift voucher untuk membeli produk Apple dan juga tersedia secara online.
MAPI sendiri masuk ke segmen bisnis Digimap ini bukan tanpa alasan. Pelarangan IMEI ponsel illegal menjadi salah satu alasan MAPI masuk ke segmen bisnis ini.
Tentu, MAPI ingin ikut merasakan dampak positif dari adanya aturan pemerintah, yang membatasi IMEI ponsel ilegal (blackmarket) yang sempat ramai dibicarakan beberapa waktu lalu.
Pasalnya regulasi IMEI (International Mobile Equipment Identity) diberlakukan di Indonesia dan secara tidak langsung akan mempengaruhi minat pembeli ponsel ilegal.
Hal itu disebabkan oleh regulasi IMEI yang membuat ponsel ilegal tak bisa mengakses jaringan seluler di Indonesia.
Nah… penjelasan di atas adalah sedikit dari pandangan Penulis menilai prospek kinerja MAPI melalui gerai Digimap ke depannya.
Baik dari sisi persaingannya dengan gerai iBox milik ERAA, hingga ke dampak yang mungkin diterima jika regulasi IMEI diterapkan oleh pemerintah.
Apakah Ekspansi Digimap ini Akan Menguntungkan bagi MAPI?
Okay Pak Rivan, jadi apakah Ekspansi Digimap ini akan Menguntungkan bagi MAPI?
Penulis bisa mengatakan bahwa secara omset atau pendapatan, ekspansi MAPI ke Digimap ini besar kemungkinan akan menaikkan pendapatan. Jelas, karena nilai dari 1 iPhone saja sudah belasan juta Rupiah.
Namun yang perlu dicatat di sini: Meningkatnya pendapatan bukan berarti akan menaikkan profitnya.
Untuk memperjelas pernyataan di atas, Penulis ingin mengajak Anda juga untuk membandingkannya dengan ERAA.
Kalau Anda sudah membaca kembali artikel Penulis tentang ERAA (scroll lagi ke atas), Anda akan mengetahui bahwa ERAA memiliki profit margin yang sangat tipis.
[Baca Juga: Masih Awam, Gimana Sih Cara Main Saham Untuk Pemula?]
Per tahun 2018, Gross Profit Margin ERAA adalah sebesar 9%, dan Net Profit Margin ERAA hanya 1 – 2% saja.
Memang tidak bisa dijadikan referensi 100% karena ERAA mendistribusikan bukan hanya produk Apple melalui iBox, melainkan juga berbagai merk non-iPhone lainnya melalui Erafone.
Namun setidaknya dari situ sebenarnya kita sudah bisa mendapatkan gambaran bahwa bisnis distributor smartphone memiliki profit margin yang sangat tipis.
Apalagi ingat bahwa Digimap merupakan pemain baru. Sehingga suka atau tidak suka, Digimap harus lebih predator dalam menerapkan pricing nya ketimbang iBox yang sudah lebih dahulu ada di mindset para pecinta iPhone di Indonesia.
Mungkin saja, Net Profit Margin yang akan diperoleh Digimap akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan iBox.
Penulis belum tahu apakah MAPI hanya akan mendistribusikan produk Apple secara eksklusif di Digimap, atau memanfaatkan channel gerai HP lokal dengan menerapkan sistem penjualan konsinyasi seperti layaknya ERAA?
Jika Digimap menerapkan sistem distribusi penjualan konsinyasi ke gerai HP lokal, maka MAPI juga berpotensi terganggu cash flow nya.
Jangan lupakan bahwa cash flow ERAA juga tidak jarang harus tekor alias negatif, karena sistem penjualan konsinyasi ini.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, Penulis melihat bahwa langkah MAPI untuk melakukan ekspansi dengan membangun Digimap ini bisa menaikkan omset atau pendapatan MAPI, namun belum tentu bisa menaikkan profitnya.
Hal ini dikarenakan nilai penjualan dari produk Apple memang tergolong besar, namun memberikan profit margin yang sangat kecil bagi distributornya.
Apalagi jika Digimap yang notabene sebagai pemain baru, harus menerapkan predatory pricing (subsidi harga yang lebih murah) untuk mengambil market share dari iBox.
Apalagi jika Digimap menerapkan sistem penjualan konsinyasi ke gerai lokal, maka justru berpotensi membuat cash flow-nya menjadi terganggu.
Di sisi lain, Penulis sendiri tidak terlalu meyakini bahwa ekspansi ke Digimap ini akan signifikan. Mengingat hingga sejauh ini, kontribusi terbesar MAPI masih disumbang dari segmen Penjualan Retailnya.
Jadi, Penulis sepertinya lebih tertarik untuk melihat sepak terjang antara Digimap VS iBox, siapa tahu bisa dapat produk Apple dengan harga yang benar-benar terdiskon. Bagaimana dengan Anda?
Yuk, kemukakan pendapat Anda dalam kolom komentar di bawah ini!
Bagikan juga artikel bermanfaat ini pada rekan-rekanmu ya!
Sumber Referensi:
dilema besar