NASA kabarkan kalau matahari lockdown merupakan situasi membahayakan sepanjang 1 abat terakhir!
Ketahui informasi selengkapnya di berita Finansialku di bawah ini!
Rubrik Finansialku
Matahari Lockdown dan Bahayanya yang Membayangi
Sejak beberapa bulan ke belakang, akibat masifnya penyebaran virus corona Covid-19 ke mayoritas negara di dunia menjadi perbincangan hangat.
Begitu pun dengan kebijakan-kebijakan yang membuat kita tidak berhenti mengaga, menyadari kalau ancaman virus corona pada kehidupan manusia sangatlah berbahaya.
Salah satu kebijakan yang banyak dicanangkan adalah lockdown atau penguncian diri.
Lebih lengkapnya, kebijakan ini memaksa semua masyarakat di negara terkait untuk mengunci diri di rumah, menghentikan aktivitas berkelompok, dan mulai beraktivitas di rumah masing-masing.
Hal ini termasuk dalam pemberhentian operasi penerbangan, transportasi umum, dan perkumpulan-perkumpulan yang melibatkan banyak orang.
[Baca Juga: Kata-kata Bijak Elon Musk: Matahari Merupakan Kekuatan Pluralitas]
Sobat Finansialku, ternyata bukan cuma planet Bumi saja yang harus menjalani lockdown.
Rupanya, matahari juga ikut masuk periode lockdown. Tapi yang membuatnya berbeda, lockdown ini tidak disebabkan oleh virus corona.
Istilah lockdown pada matahari berbeda dengan yang terjadi pada masyarakat di bumi.
Keadaan lockdown pada matahari ini merupakan sebuah indikasi yang memperlihatkan aktivitas permukaan matahari yang turun drastis karena berada dalam periode solar minimum (minimum matahari).
Periode ini sangat berbahaya. Pasalnya, apabila ini terus terjadi, fenomena ini bisa menimbulkan berbagai bencana seperti kelaparan, cuaca beku, hingga gempa bumi.
Hal ini diungkapkan langsung oleh para ahli astronomi. Salah satunya adalah Dr Tony Philips.
“Solar minimum sedang berlangsung, dan ini parah.” Katanya dikutip The Sun melalui laman kompas.com, Minggu (17/05).
Dia mengatakan, fenomena ini terlihat dari jumlah bintik matahari yang ada perlahan menghilang.
“Hitungan Sunspot, ini adalah salah satu yang terdalam abad ini. Medan magnet matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya. Kelebihan sinar kosmik akan menimbulkan bahaya kesehatan bagi astronot dan pelancong udara kutub utara, memengaruhi elektro-komia atmosfer atas bumi, dan membantu memicu petir.” Lanjutnya, dikutip New York Post melalui cnbcindonesia.com, Senin (18/05).
Sebagai informasi tambahan, sunspot sendiri adalah area aktivitas magnet di permukaan matahari, sebagaimana dikutip laman kompas.com, Minggu (17/05).
Sunspot muncul sebagai area gelap yang menjadi indikasi aktivitas matahari dan melahirkan semburan matahari dan coronal mass ejection (lontaran masa korona matahari).
Sementara sepanjang 2020 ini, Forbes melalui kompas.com yang menyadur data dari Spaceweather.com, mengatakan kalau sudah ada 100 hari di mana matahari menunjukkan nol bintik matahari.
Kekhawatiran NASA
Keadaan kritis matahari ini membuat para ilmuwan saat ini dilanda kekhawatiran. Pasalnya, ada keadaan di masa lalu yang serupa, salah satunya Dalton Minimum.
Para ilmuwan NASA mengaku khawatir akan terjadi hal serupa apabila matahari terus berada di kondisi yang sama.
Dalto Minimum sendiri terjadi pada 1790 dan 1830. Di mana saat itu peristiwa berujung pada musim dingin yang brutal, gagal panen, kelaparan, dan erupsi gunung merapi.
[Baca Juga: Lima Kali dalam Tiga Bulan, Gunung Merapi Erupsi Lagi]
Bukan cuma itu, suhu bumi juga turun hingga 2 derajat Celcius selama 20 tahun lamanya.
Saat itu, terjadi pula peristiwa hebat di Indonesia, yaitu meletusnya Gunung Tambora di NTB pada 10 April 1815, yang menjadi letusan terhebat kedua dari gunung api dalam kurun waktu 2000 tahun terakhir dan berhasil merenggut 71 ribu nyawa.
Sementara pada 1816, melansir laman cnbcindonesia.com, telah terjadi periode yang dijuluki Tahun Tanpa Musim Panas karena hilangnya keberadaan matahari saat musim panas bulan Juli, yang digantikan dengan cuaca bersalju yang membuat 18 ribu orang mati membeku.
Adapun saat ini, matahari telah mengalami ‘kosong’ tanpa bintik matahari sebanyak 76 persen, yang artinya mengalami penurunan daripada tahun lalu, yaitu 77 persen.
Belum sampai setengah perjalanan, 2020 sudah banyak diwarnai dengan fenomena menegangkan yang tiada akhir. Bagaimana pendapat Sobat Finansialku mengenai fenomena di atas? Sampaikan pada kami melalui kolom komentar, ya!
Sobat Finansialku juga bisa membagikan informasi ini pada rekan dan keluarga melalui platform yang tersedia di bawah. Terima kasih!
Sumber Referensi:
- Nur Rohmi Aida. 17 Mei 2020. Ilmuwan: Matahari dalam Fase “Lockdown”, Waspadai Berbagai Bencana.com – https://bit.ly/2AwrrNM
- Virgina Maulita Putri. 18 Mei 2020. Matahari Juga Ikut Lockdown, Bisa Berbahaya Bagi Bumi. Inet.detik.com – https://bit.ly/2LzqqXL
- Admin. 18 Mei 2020. Matahari Masuk Fase Lockdown, Bencana Besar Bisa Terjadi. Genpi.co – https://bit.ly/2TjCl06
- Admin. 18 Mei 2020. Tak Cuma Bumi, Matahari pun Lockdown dan Itu Berbahaya. Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/2Zq8OFZ
Sumber Gambar:
- Sun Lockdown 01 – https://bit.ly/2yZ69s1
- Sun Lockdown 02 – https://bit.ly/2ZdcoTv
- Sun Lockdown 03 – https://bit.ly/2y9k0eC
dilema besar