Penawaran perdana saham dari anak perusahaan Adhi karya (ADHI) ini awalnya ditargetkan hingga Rp 1,6 triliun. Namun, ada pembaruan informasi pada 16 Februari 2022 menjadi Rp 288 miliar.
Apakah ADCP pesimis di tengah ketegangan sentimen global? Yuk, kita bahas lebih lanjut!
Rencana IPO ADCP
Harga Penawaran yang ditawarkan pada Penawaran Umum adalah Rp 130.
Awalnya, ADCP memang berencana IPO pada 12 – 25 November 2021 lalu, namun rencana ini ditunda hingga Februari 2022 ini.
Diperkirakan penundaan ini disebabkan karena kondisi pasar saham yang masih terkoreksi sejak awal tahun akibat ketidakpastian pandemi Covid-19.
Jumlah saham yang ditawarkan pada IPO ini sebanyak 2.222.222.200 saham.
Berikut ini struktur permodalan dan pemegang saham Perseroan dengan modal ditempatkan dan disetor penuh.
Penjamin Emisi Efek pada IPO kali ini didampingi oleh sekuritas di antaranya dengan kesanggupan penuh (full commitment).
(Prospektus ini diterbitkan di Jakarta, tanggal 16 Februari 2022).
Penjamin Emisi Efek
- PT Indosurya Bersinar Sekuritas
- PT Yulie Sekuritas Indonesia Tbk.
Penjamin Pelaksana Emisi Efek Dan Penjamin Emisi Efek
- Mirae Asset Sekuritas Indonesia
- Maybank Sekuritas Indonesia
Rencana Penggunaan Dana IPO ADCP
Seluruh dana yang diperoleh dari hasil penjualan saham yang ditawarkan melalui Penawaran Umum Perdana Saham, setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk:
- 49% digunakan untuk Pengembangan Proyek Eksisting dan Proyek Recurring.
- 26% digunakan untuk Akuisisi/Pengembangan Lahan Baru.
- 25% digunakan untuk pembayaran kembali sebagian pokok obligasi Seri A.
Prospek Bisnis ADCP
PT Adhi Commuter Properti (ADCP) merupakan perusahaan pengembang properti berbasis transportasi massal pertama dan terbesar di Indonesia.
Perusahaan ini menghadirkan hunian dengan keunggulan aksesibilitas yang mempermudah masyarakat menjalani aktivitas harian serta berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan perkotaan.
ADCP merupakan salah satu anak usaha perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Adhi Karya (Persero) Tbk. yang bergerak di bidang Property, Hospitality & Support.
Kegiatan usaha utama yang dijalankan Perseroan meliputi bidang Perhotelan dan Real Estate. Lini bisnis di Perseroan dibagi menjadi dua, yakni bisnis properti dan bisnis recurring income.
Untuk lini bisnis properti, Perseroan mengembangkan residensial, perkantoran (jual) dan bisnis properti lainnya dengan brand LRT CITY, ADHI CITY dan Member of LRT City.
Sedangkan untuk bisnis recurring income, perseroan mengembangkan hotel dengan sebutan Grandhika Hotel, perkantoran (sewa), komersial area, dan bisnis sewa lainnya.
Untuk lini bisnis properti, Perseroan mengembangkan residensial, perkantoran (jual) dan bisnis properti lainnya dengan brand LRT CITY, ADHI CITY dan Member of LRT City.
Sedangkan untuk bisnis recurring income, Perseroan mengembangkan hotel dengan sebutan Grandhika Hotel, perkantoran (sewa), komersial area, dan bisnis sewa lainnya.
Pembangunan Properti
Sampai saat ini Perseroan telah membangun 12 proyek dengan total luas lahan 144 Ha dan total penjualan sebanyak 17.896 unit.
Perseroan memiliki konsep yang unik di mana properti-properti yang ditawarkan mengusung prinsip TOD (Transit Oriented Development).
Konsep TOD ini memungkinkan masyarakat yang tinggal di kawasan Perseroan bisa menikmati akses yang mudah ke media transportasi publik di Indonesia seperti, Transjakarta, MRT, LRT dan transportasi lainnya.
Bisnis Perhotelan
Perseroan melakukan diversifikasi kegiatan usahanya dengan bisnis Perhotelan sebagai revenue driver untuk pendapatan berulang yang dimilikinya.
Hotel Grandhika yang sebelumnya dimiliki oleh Adhi Grup telah menjalankan kegiatan usaha perhotelan bintang empat dengan lokasi yang strategis di pusat kota selama 6 tahun dengan merek Hotel Grandhika.
Sampai saat ini Perseroan memiliki 3 hotel yang terletak di Jakarta, Semarang dan Medan.
[Baca Juga: Begini Prospek UNVR ke Depan Setelah Terjadi Penurunan Laba]
Bisnis Penunjang Lainnya
Selain bisnis pembangunan properti dan perhotelan, Perseroan juga mempunyai bisnis pendukung seperti Elarte Café untuk memperluas bisnis yang dijalankan.
Sampai saat ini, Perseroan memiliki 5 lokasi café di Tebet, Bekasi, Sentul, Jatibening dan Ciracas. Perseroan juga memiliki restoran seperti Origami, Kalandara, dan Padi Emas, serta lounge yang bernama Sixty Five.
Kinerja Keuangan ADCP
Posisi Aset ADCP
Aset ADCP mengalami peningkatan dari tahun 2018 hingga 2021 menjadi Rp 3,5 triliun. Hal ini karena adanya peningkatan pada pos persediaan.
Liabilitas ADCP
Dari sisi liabilitas ADCP untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 2021 mengalami peningkatan dibanding tahun 2020.
Namun, jika dibandingkan Juni 2021, laporan liabilitas pada Agustus 2021 alami penurunan, terjadi pada akun Beban Aktual dan akun Utang Bank yang Jatuh Tempo Dalam Satu Tahun.
Jika melihat rasio Lancarnya, berada pada 114,1% atau 1,14x pada 2021. Utang jangka pendek perseroan sedikit lebih kecil dibandingkan Aset Lancar perseroan. Ini artinya perusahaan tersebut dapat menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio lancar dapat membantu suatu perusahaan untuk mengukur kapabilitas dan kemampuan finansial jangka pendek.
Ekuitas ADCP
Total Ekuitas Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Agustus 2021 mengalami peningkatan sebesar Rp 7.217.684.785 atau sebesar 0,44%.
Laba/Rugi ADCP
Dari laporan prospektus, Laba perseroan masih mencetak laba pada 2020 di tengah pandemi Covid-19.
Data per Agustus 2021, ADCP mengantongi Laba Rp 42 miliar.
Hunian yang ditawarkan ADCP diketahui menyumbang pendapat terbasar, dari lini bisnis properti sebesar 71,3%.
Dengan IPO jumbo ADCP dan proyek yang akan mereka garap, prospek ADCP menarik untuk diamati.
Kesimpulan
Masa pandemi Covid-19 memang menyebabkan perekonomian nasional sempat terpuruk,mempengaruhi banyak industri hingga sektor properti.
Namun, walaupun pandemi terjadi, beberapa pengembang malah berani meluncurkan produk-produk baru properti mereka. Kinerja ADCP pada 2020 diketahui masih memuaskan, mereka bisa mencetak Laba di tengah pandemi.
ADCP saat ini sedang mengembangkan 11 proyek.
Saham properti dan konstruksi juga tengah menguat pada Februari 2022 , tercermin dari Indeks saham sektor properti dan real estate yang tercatat naik 3,06% untuk pertama kalinya, setelah turun tujuh pekan terakhir.
IPO yang akan dilakukan ADCP ini awalnya ditargetkan meraup dana Rp1-1,6 triliun namun berubah menjadi kisaran Rp 288 miliar. Perseroan hanya mengeksekusi jumlah saham IPO sekitar 27,7% dari rencana semula.
Perubahan juga terjadi pada posisi penjamin emisi yang mengawal IPO mereka kali ini. Awalnya ada 5 sekuritas, saat ini menjadi 7 sekuritas yang akan mengawal IPO mereka.
Optimistis industri properti untuk segera bangkit pada 2022 didorong dengan pemasaran secara digital dan daya beli masyarakat yang mulai rebound, akan menjadi angin segar bagi emiten properti ini.
Namun sentimen pasar dengan ketegangan global saat ini bisa menjadi sentimen negatif.
Jika Sobat Finansialku tertarik untuk membeli saham ini, jangan lupa untuk terus menambah pengetahuan soal investasi saham, ya. Ada ebook gratis dari Finansialku juga yang bisa Sobat Finansialku download dan baca.
Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA
Disclaimer-on: Tulisan ini untuk EDUKASI, bukan SARAN INVESTASI. Penulis tidak memegang saham UNVR. Penulis tidak terafliasi dengan perusahaan yang disebutkan atau anak usaha. Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buys/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu.
Itulah informasi seputar anak usaha ADHI yaitu ADCP yang menjadi penghuni baru di BEI. Bagaimana tanggapan Anda mengenai informasi ini? Silakan tulis pada kolom komentar di bawah ini.
Jangan lupa bagikan informasi ini pada rekan-rekan lainnya. Terima kasih.
Editor: Ratna sh
Sumber Referensi:
- Kontan
- Market Bisnis
- CNN Indonesia
- CNBC Indonesia
- E-ipo
dilema besar