Penghuni Baru di BEI, AVIA Layakkah Diborong?

Penghuni Baru di BEI, AVIA Layakkah Diborong?

Penghujung tahun 2021, perusahaan produsen cat Avian  (AVIA) yang merupakan produk lokal dari tiga pemain teratas di Indonesia, telah resmi menjadi perusahaan tercatat di BEI.

Sepanjang kiprahnya Avian dikenal inovatif dan gencar melakukan ekspansi pengembangan bisnis. Lantas bagaimana prospek AVIA ke depan pasca IPO?

 

Artikel ini dipersembahkan oleh

Logo Rivan Kurniawan

 

Sepak Terjang AVIA

Didirikan pertama kali oleh Soetikno Tanoko pada 1 November 1978, PT Avia Avian (AVIA) awalnya hanya memproduksi cat kayu dan besi di pabrik yang luasnya hanya 800 m² di Sidoarjo, Jawa Timur.

Bermula dari segmen cat tembok dengan merk jual Avitex, AVIA mulai memproduksi cat automotive, termasuk dengan top coats, primers, dan cat spray.

Bahkan, AVIA turut mengembangkan resin dan membeli 3 reaktor dari Korea. Sejalan dengan penjualan yang terus meningkat, AVIA pun masuk ke segmen cat pelapis anti bocor dengan merk jual No Drop.

Dan 5 tahun setelahnya, AVIA berinovasi dengan masuk ke segmen premium untuk cat tembok, dilanjutkan masuk ke segmen instan di bawah merk Giant Mortar.

Adapun produk terbaru AVIA adalah Avitex One Coat yang berhasil mendapat hak paten lantaran daya tutup cat yang tinggi hanya dengan satu lapisan saja.

Produk Terbaru Avian. Sumber: Avianbrands

 

Berkat pengembangan tersebut, AVIA berekspansi fasilitas pabrik dan fasilitas gudang dengan membeli lahan seluas 60.000 m². AVIA juga menambah kapasitas produksi hingga 130.000 metrik ton untuk cat tembok dan cat pelapis anti bocor.

Di tahun 2016 AVIA juga membeli tanah di Cirebon seluas 12 hektar yang rencananya untuk pembangunan pabrik ketiga.

Bahkan di tahun 2020, AVIA juga telah menyelesaikan pembangunan gedung Avian Innovation Center seluas 5000 m² untuk kebutuhan riset, pengembangan dan inovasi. AVIA juga berinvestasi ke pembuatan pabrik kaleng metal.

Bahkan AVIA terus berupaya memperkuat penetrasi dan penjualan produk di area Indonesia Barat dengan membangun pabrik cat kedua di Serang.

Singkat kata, sepak terjang AVIA sudah tergolong besar, mengacu pada hasil riset Frost & Sullivan yang menemukan fakta bahwa AVIA telah menguasai pangsa pasar cat dekoratif sebesar 20% pada tahun penjualan 2020 di Indonesia.

Bahkan dalam pasar produk cat dan pelapis dekoratif, AVIA berhasil menjadi satu-satunya produk lokal dari tiga pemain teratas di Indonesia.

AVIA memiliki anak usaha, PT Tirtakencana Tatawarna sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan dan distribusi bahan Architectural Solutions dan Trading Goods seluruh produk AVIA, dengan 103 titik pusat distribusi.

Pusat Distribusi PT Tirtakencana Tatawarna di Indonesia
Sumber: Avianbrands

 

Per Desember 2021, AVIA tercatat memiliki beberapa anak usaha yang dimiliki secara langsung maupun tidak langsung yakni:

  • PT Solusi Rumah Praktis yang menyediakan jasa pengecatan di Jakarta.
  • PT Tirtakencana Batamindo sebagai perusahaan distribusi yang berfokus di Batam.
  • PT Bangun Bersama Solusindo sebagai perusahaan joint venture dengan Saint Gobain Group untuk memproduksi pelapis anti bocor.
  • PT Multipro Paint Indonesia yang memproduksi cat marine dan

[Baca Juga: Ekspor Batu Bara Lagi Naik, Gimana Prospek PTBA?]

 

Tujuan AVIA IPO

AVIA resmi menjadi perusahaan tercatat di BEI melalui skema penawaran saham perdana (IPO) pada 8 Desember 2021 dengan melepas sebanyak 6,2 miliar lembar saham pada harga Rp 930 per saham.

Alhasil, AVIA meraih dana sebesar Rp 5,77 triliun. Bahkan, AVIA juga melakukan penawaran terbatas atas 5,575 miliar lembar saham melalui skema private placement yang nilai potensinya sebesar Rp 5,2 triliun.

Public Expose PT Avia Avian. Sumber: Kompas

 

Tak ayal, AVIA berhasil mendapatkan dana hingga Rp 10,95 triliun menjadi terbesar di sektor industri cat di Asia, dengan IPO kedua terbesar di sektor cat secara global, dan menjadi IPO ketiga terbesar di Indonesia sejak tahun 2008.

Raihan dana segar tersebut, rencananya akan dipakai AVIA untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, dengan rincian:

  1. Sekitar 52,77% untuk kebutuhan modal kerja
  2. 16,82% untuk membiayai anak usaha, PT Tirtakencana Tatawarna dalam bentuk penambahan modal
  3. 13,94% untuk alokasi belanja modal (capital expenditure) periode 2022 – 2024, baik itu untuk fasilitas manufaktur ketiga di Cirebon, fasilitas manufaktur yang sudah ada, termasuk juga pada kebutuhan mesin-mesin dan pusat distribusi AVIA dan anak usaha
  4. 16,47% untuk pelunasan pokok utang bank perusahaan dan anak usaha.

 

 

Melalui IPO ini, setidaknya sudah terlihat komitmen AVIA untuk mengembangkan kemampuan inovasi produk, hingga meningkatkan distribusi produk, supaya bisa menembus pasar domestik dan dapat menjangkau seluruh konsumen.

AVIA ini juga berencana untuk berinvestasi pada produk-produk inovatif untuk memperbesar portfolio solusi arsitekturnya dengan merk jualnya yang kuat meliputi Sunguard All-in-One, Supersilk Anti Noda, Avitex, No Drop dan Avian.

Oleh karenanya, AVIA optimis dana segar hasil IPO akan membuat perusahaan lebih leluasa melakukan inovasi-inovasi baru sehingga dapat mendongkrak pertumbuhan dari setiap lini bisnis perusahaan.

Produk Avian Brands. Sumber: Archify

 

AVIA Menarik Dikoleksi?

Berbekal prospek bisnis AVIA pasca IPO, apakah saham AVIA ini menarik dikoleksi? Untuk itu di bagian ini kita akan review singkat bagaimana kondisi laporan keuangan AVIA berdasarkan prospektus.

 

Profitabilitas AVIA

Secara umum, sumber pendapatan AVIA ini berasal dari dua segmen usaha yakni Solusi Arsitektur (produk cat dekoratif) dan Barang Dagangan (produk pelengkap). Di bawah ini merupakan gambaran pendapatan AVIA.

 

Berdasarkan prospektus, secara historical terlihat bahwa pendapatan AVIA cenderung mengalami peningkatan terhitung mulai dari tahun 2018 sebesar Rp 5,12 triliun, tahun 2019 sebesar Rp 5,66 triliun, dan di tahun 2020 pendapatan AVIA melonjak hingga Rp 5,73 triliun.

Sementara berdasarkan periode 31 Mei 2020 – 31 Mei 2021, pendapatan AVIA juga tercatat meningkat menjadi sebesar Rp 2,70 triliun per 31 Mei 2021, dibandingkan Rp 2,04 triliun pada 31 Mei 2020.

Peningkatan pendapatan ini, dipengaruhi oleh tingginya angka penjualan selama pekan lebaran dan juga sebagai manfaat dari pemasaran yang berkelanjutan.  

Namun, di waktu yang sama AVIA juga mencatatkan kenaikan beban pokok penjualan. Bahkan di periode 31 Mei 2021, terlihat bahwa beban pokok penjualan AVIA membengkak menjadi Rp 1,51 triliun dari sebelumnya 31 Mei 2020 sebesar Rp 1,16 triliun.

Beban pokok penjualan yang naik ini didorong oleh pemakaian bahan baku dan pembelian barang jadi, untuk mendukung penjualan produk-produk solusi arsitektur dan produk-produk barang perdagangan dan juga didorong kenaikan harga bahan baku yang harus dibeli perusahaan dari pemasok.

 

Sehingga, pada periode 31 Mei 2021 AVIA mencetak laba bersih sebesar Rp 603,4 miliar, dibandingkan dengan 31 Mei 2020 sebesar Rp 300, 1 miliar.

Dengan itu, maka laba bersih AVIA per Mei 2021 memberikan Net Profit Margin (NPM) sekitar 22,3%.

Di lain sisi, jika dibandingkan dengan ekuitas AVIA yang sebesar Rp 3,23 triliun, maka laba bersih Rp 603,4 miliar maka Return on Equity (ROE) yang diberikan sekitar 44,5%.

 

Neraca Keuangan AVIA

 

Berikutnya neraca keuangan AVIA, berdasarkan prospektusnya, total liabilitas AVIA tercatat Rp 2,90 triliun per Mei 2021 dan total ekuitasnya sebesar Rp 3,23 triliun per Mei 2021, mencerminkan rasio utang terhadap ekuitas perusahaan (DER) hanya sebesar 0,89×, mengindikasikan kemampuan AVIA dalam mengatasi utang-utang nya hanya dengan modal yang dimiliki.

Dan untuk jangka pendek, aset lancar AVIA yang sebesar Rp 4,17 triliun per Mei 2021 jauh lebih besar dari liabilitas jangka pendek yang sebesar Rp 2,79 triliun per Mei 2021.

Sehingga kita dapati perhitungan Liquidity Ratio AVIA sekitar 1,49×, artinya utang jangka pendek perusahaan dapat dibayar hanya dengan menggunakan aset lancar perusahaan.

 

Arus Kas AVIA

 

Di bagian Kas Operasi, AVIA cenderung konsisten mencatatkan angka kas operasi yang positif mulai dari tahun 2018 sebesar Rp 736,0 miliar, tahun 2019 sebesar Rp 946,5 miliar, bahkan di tahun 2020 menjadi kas operasi terbesar AVIA mencapai Rp 1,80 triliun.

Dan untuk periode 31 Mei 2021 AVIA mencatatkan kas operasi sebesar Rp 504,4 miliar. Kas operasi yang positif ini setidaknya menandakan bahwa laba bersih AVIA sudah tercermin dalam arus kasnya.

Dari sisi kas investasi, terlihat bahwa AVIA juga konsisten berekspansi di setiap tahun, ditandai dengan adanya perolehan aset tetap.

Beberapa bentuk aset tetap tersebut seperti halnya mesin pewarna dan pembangunan Avian Innovation Center, termasuk juga pembelian pengganti, truk, dan kendaraan lain, serta pengembangan pusat-pusat distribusi yang sudah ada maupun yang baru.

Sementara kas pendanaan, historical mencatatkan bahwa kas pendanaan perusahaan cenderung negatif, di mana perusahaan selalu melakukan pembayaran dividen tunai, hingga pembayaran liabilitas sewa.

Jika Anda tertarik untuk membeli saham AVIA, yuk pelajari dulu soal investasi saham lewat ebook berikut ini.

Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA

9 Ebook Panduan Investasi Saham Untuk Pemula

 

Prospek AVIA

Mengacu pada kinerja keuangan, AVIA tergolong perusahaan yang memiliki kinerja cukup baik secara fundamental, bukan itu saja AVIA juga konsisten mengembangkan bisnisnya melalui aktivitas ekspansi.

Tak hanya itu saja, prospek bisnis AVIA ke depannya juga nampak terbuka lebar. Sejalan dengan meningkatnya penggunaan cat di kalangan masyarakat dewasa ini.

Sebut saja kebiasaan masyarakat kita yang banyak merencanakan kegiatan peremajaan rumah, sehingga mengecat ulang rumah mereka pada hari-hari besar seperti Natal dan Idul Fitri.

Siklus pengecatan ulang rumah di Indonesia 2010 vs 2020 Sumber: Frost & Sullivan (Prospektus AVIA)

 

Peluang lainnya juga didorong oleh maraknya aktivitas konstruksi untuk perumahan, non-perumahan, hingga digenjotnya pembangunan infrastruktur oleh pemerintah baik itu prasarana umum, energi, maupun transportasi.

Tentu ini menjadi momentum tersendiri bagi AVIA memasarkan produk cat dan pelapis.

Konsumsi cat dan pelapis di Indonesia vs negara-negara lain dalam hitungan liter.

Sumber: Frost & Sullivan (Prospektus AVIA).

 

Nah Sobat Finansialku, itulah prospek ke depan emiten AVIA setelah berhasil melantai di BEI. Apakah Anda tertarik untuk membelinya?

Jangan lupa bagikan informasi ini pada rekan-rekan sesama investor lain supaya lebih tahu soal prospek AVIA ini. Terima kasih.

 

Editor: Ratna SH

dilema besar