Di tengah regulasi pemerintah terkait keran ekspor batu bara, bagaimana prospek emiten PTBA milik BUMN ini? Yuk, kita bahas!
Business Profile PT Bukit Asam Tbk. (PTBA)
PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) merupakan anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID.
Selama ini, PTBA sudah dikenal sebagai perusahaan yang memiliki tambang batu bara dengan cadangan yang cukup besar dan kualitas yang dapat memenuhi sebagian kebutuhan PLTU PLN.
PTBA mulai tercatat resmi dalam perdagangan BEI, sejak Desember 2002.
PTBA menjalankan bisnis yang terdiri dari dua segmen besar, yakni pertambangan batu bara (coal mining) dan usaha pendukung, seperti investasi, jasa penambangan, PLTU, dan pengusahaan briket batu bara.
Perusahaan ini menjalin kerja sama dengan KAI untuk menjamin keandalan dan kelancaran pengiriman batu bara dari tambang sampai dengan pelabuhan muat.
PLN, PTBA dan KAI telah dilaksanakan untuk spesifikasi batu bara dengan kalori menengah (medium rank coal).
Sinergi PLN, PTBA dan KAI untuk memastikan rantai pasok batu bara, merupakan wujud nyata dari peran BUMN untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui keandalan dan kontinyuitas penyediaan energi listrik bagi seluruh masyarakat.
PT PLN (Persero), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT KAI (Persero) berkomitmen menjaga pasokan batu bara untuk mempertahankan keandalan listrik bagi masyarakat.
Kepastian pasokan batu bara dalam jangka panjang merupakan faktor penting bagi PLN dalam penyediaan dan keberhasilan mempertahankan keandalan listrik bagi seluruh pelanggan.
Selama 2021, Bukit Asam telah mendapat banyak penghargaan dari berbagai organisasi.
Kali ini, anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID meraih tiga penghargaan sekaligus di acara BUMN Performance Excellence Award (BPEA) yang digelar pada 23 September 2021, yaitu The Best Market Growth, The Best Company Leadership, dan Industry Leader 2021.
[Baca Juga: Potensi Melimpah, Inilah Daerah Penghasil Batu Bara di Indonesia]
Kinerja Keuangan PT Bukit Asam Tbk.
- Cash PTBA meningkat drastis dari Rp 6,3 triliun di 2Q menjadi Rp 9 triliun pada 3Q21 ini. Cash ratio meningkat ke 0,8x, Liquidity Ratio meningkat ke 2,3x. Ratio ini menandakan risiko utang PTBA dalam kondisi aman.
- Pendapatan Bukit Asam hingga Q32021 sebesar Rp 19,3 triliun, meningkat drastis dari pendapatan per Q32020 yang hanya sebesar Rp 12,8 triliun.
- Meningkatnya pendapatan PTBA pada kuartal III-2021 ini, sejalan dengan pemulihan ekonomi domestik maupun global yang mendorong naiknya permintaan batu bara.
- Keuntungan juga tercatat meningkat drastis, dari Gross Profit Margin, Operating Margin dan Net Profit Margin. Gross Profit Margin (GPM) meningkat ke 52%, operating profit margin (OPM) yang meningkat hingga 32,6% dan net profit margin (NPM) yang meningkat 24,6%.
- DER (Debt to Equity ratio) PTBA pada 2021 berada pada batas aman yakni 54%, semakin kecil ratio menandakan debt to equity ratio yang baik.
- ROE (Return On Equity) PTBA mengalami peningkatan selama 2 tahun ini, mencapai 30,6% pada 2021.
Jika membahas bagaimana projek PTBA dikemudian hari, ada gasifikasi hingga ekspansi bisnis, ini akan menjadi perhatian yang akan berpengaruh pada belanja modal perusahaan,
Jika proyek dieksekusi sekaligus, maka berdampak pada belanja modal yang tinggi, yang akan berpengaruh pada Dividen Payout Ratio.
[Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Kembali Bangkit, Apa Efeknya Bagi AUTO?]
Outlook PT Bukit Asam Tbk. (PTBA)
Kenaikan harga batu bara melonjak dikarenakan tingginya permintaan batu bara, volume yang meningkat, namun cadangan yang semakin menipis.
Kenaikan batu bara sejak 2 bulan lalu pun tidak main-main, lebih dari 9%. Kenaikan ini disebabkan oleh supply terbatas, demand yang meningkat.
Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 220/ton (17 Januari 2022), meroket 2,48% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Harga batu bara naik tajam. Pada 12-13 Januari 2022, harga si batu hitam membukukan lonjakan 12,88%.
Pemicu lonjakan harga batu bara tak lain adalah kebijakan larangan ekspor batu bara yang diumumkan baru-baru ini, menyusul kritisnya pasokan di dalam negeri karena tak diberlakukannya Domestic Market Obligasion (DMO).
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengumumkan pelonggaran, dan mengoreksi pasar batu bara dunia masih melihat ketidakpastian karena belum adanya solusi berkelanjutan mengenai pasokan batu bara untuk pembangkit listrik di Indonesia.
[Baca Juga: Oversubsribed 179 Kali, Adaro Mineral (ADMR) Layak Dibeli?]
Indonesia merupakan eksportir utama batu bara termal di dunia dengan volume ekspor mencapai 400 juta ton (2020), atau setara dengan 40% dari ekspor batu bara jenis pembangkit listrik tersebut yang beredar di pasar global-menurut data International Energy Agency (IEA).
Indonesia sekalipun berada di posisi keempat dunia dari sisi produksi batu bara global, saat ini menjadi net exporter terbesar batu bara termal. Dua produsen terbesar batu bara, yakni China dan India, saat ini menjadi net importer batu bara thermal.
Jika melihat negara mana saja yang paling membutuhkan batu bara, ada China dan India yang menjadi dua negara mempresentasikan lebih dari 50% penggunaan batu bara dunia.
Produsen Batu Bara Thermal Dunia
Batu bara Indonesia diketahui dibutuhkan oleh negara negara seperti Korea Selatan, Jepang,
India dan negara maju lainnya juga menggunakan batu bara Indonesia karena cost yang relatif rendah. Adanya gerakan peduli lingkungan dari penggunaan batu bara pada tahun sebelumnya tidak mempengaruhi pergerakan batu bara, nyatanya negara maju masih membutuhkan batu bara.
Maka, jika melihat outlook emiten coal ke depannya, dari sisi demand China dan negara maju lainnya, aktivitas impor negara musim dingin masih menjanjikan.
Prospek lainnya yang berasal dari kebutuhan dalam negeri, adanya peningkatan konsumsi batu bara signifikan pada sektor pembangkit listrik, yaitu 56 juta ton pada 2006 dan diperkirakan 123,2 ton pada 2025, batu bara masih prospektif.
Trend pergerakan batu bara acuan harga domestik mengalami peningkatan selama 2021, dan berlanjut naik pada awal 2022.
Pergerakan harga batu bara acuan domestik. Sumber: www.minerba.esdm.go.id
Indonesia sendiri memiliki sumberdaya batu bara sebesar 149,009 miliar ton dan cadangan sebesar 37,604 ton (Data Badan Geologi, 2018).
PTBA diketahui sedang mengembangkan proyek gasifikasi. Gasifikasi ini nantinya bertujuan untuk menggantikan penggunaan LPG. Proyek ini merupakan salah satu proyek pemerintah dalam kemandirian energi. Prospek ini menjadi kebutuhan utama yang dibutuhkan dimasa depan.
Prospek proyek PTBA lainnya, PTBA dalam penyelesaian proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumsel 8. Tercatat hingga kuartal III-2021, proyek tersebut telah mencapai 90% pembangunan, dengan target efektif beroperasi pada tahun 2022 mendatang.
[Baca Juga: Kinerja Barang Konsumen Primer Minus, UNVR Masih Worth To Buy?]
Valuasi Saham
Harga saham sejumlah emiten batu bara, termasuk PTBA, sempat berada dalam fase sideways panjang hingga akhir 2021.
PTBA hanya berada di range 2000 – 2300/ lembar. Adanya enaikan IHSG di Oktober 2021, ditambah lagi dengan harga batu bara yang sempat menyentuh all time high, harga sahamnya mulai mengalami trend bullish, dan kembali naik bahkan sempat mencapai ke level Rp 2800 – 2900an.
PTBA dihargai di Rp 2.810/lembar, dengan PER 4,8x, PBV 1,5x, dan PCF 3,7x.
Valuasi PTBA masih tergolong undervalued. Jika Anda ingin masuk ke PTBA, koreksi harga ke posisi Rp 2.600 bisa dimanfaatkan.
Sobat Finansialku bisa menggunakan teknik value investing untuk mendapatkan keuntungan lebih di pasar saham. Tonton video ini untuk lengkapnya.
Kesimpulan
- Sentimen larangan ekspor batu bara tidak berdampak terlalu signifikan jika hanya berlaku beberapa minggu terakhir.
- Regulasi yang dikeluarkan pemerintah juga tidak sepenuhnya menutup keran ekspor batu bara. Jika nantinya regulasi ini masih tidak pasti, emiten yang menyediakan pasokan untuk kebutuhan domestik bisa menjadi cadangan para investor, seperti PTBA.
- Yang perlu diwaspadai oleh investor pada emiten subsektor coal production adalah kondisi cuaca (curah hujan dan debit air di jalur perairan) sangat mempengaruhi kegiatan produksi perusahaan.
- Selanjutnya, harga batu bara yang tidak bisa diprediksi kepastian ke depannya. Namun, jika melihat bagaimana krisis energi yang terjadi di China, maka harga batu bara bisa meningkat ke depannya seiring demand-supply.
- Diharapkan sinergi dari emiten BUMN menjadi peluang yang baik bagi semua pihak untuk mengembangkan usaha dan meningkatkan kontribusi serta memperkuat peran BUMN sebagai penggerak ekonomi di Indonesia.
- Kinerja keuangan dari perusahaan ini cukup memuaskan, utang yang meningkat di setiap tahunnya, dengan ekuitas dan aset yang menurun. Dana IPO yang diketahui digunakan untuk membayar utang kepada perusahaan anaknya. Posisi keuangan perusahaan belum baik.
- Perusahaan ini menjadi salah satu yang memiliki peluang untuk memenuhi pasokan batu bara domestik.
- Pergerakan saham sektor batu bara juga umumnya relatif searah. Untuk Anda yang ingin berinvestasi di sektor ini baiknya lebih memperhatikan perusahaan yang paling likuid. Timing di market sangat penting saat berinvestasi di sektor ini.
Untuk Sobat Finansialku yang ingin belajar mengenai investasi saham, kamu bisa membaca ebook berikut ini.
Ebook GRATIS, Panduan BERINVESTASI SAHAM Untuk PEMULA
Disclaimer-on: Tulisan ini untuk EDUKASI, bukan SARAN INVESTASI. Penulis tidak memegang saham terkait. Penulis tidak terafliasi dengan perusahaan yang disebutkan atau anak usaha.
Penyebutan nama saham tidak bermaksud memberikan opsi buys/sell atau pun rekomendasi untuk saham tertentu. Artikel menunjukkan fakta dan analisa dari penulis.
Berdasar laporan keuangan dan diambil dari sumber dianggap terpercaya. Data dapat berubah tergantung kondisi. Seluruh tulisan dan tanggapan adalah opini pribadi.
Bagaimana menurut Anda mengenai prospek emiten batu bara Bukit Asam di atas? Tulis opini Anda pada kolom komentar di bawah ini. Jangan lupa untuk membagikan informasi ini pada rekan-rekan investor lainnya. Terima kasih.
Editor: Ratna SH
Sumber Referensi:
- Kontan.co.id, Market.bisnis.com, CNN Indonesia, RTI, Indopremier (IPOT), Stockbit
- Laporan Keuangan Kuartal III-2021
- Harga Acuan – Ditjen Minerba (esdm.go.id)
dilema besar