Apa yang Akan Terjadi dengan Dunia?

Apa yang Akan Terjadi dengan Dunia?

Bagaimana hasil keputusan FOMC (Federal Open Market Committee) September lalu mempengaruhi perekonomian dunia? Simak review-nya berikut.

Beberapa minggu lalu, bank sentral terbesar di dunia, The Fed, menyelenggarakan rapat rutinnya yang bernama Federal Open Market Committee (atau biasa disingkat FOMC) pada September 2021 lalu.

Rapat FOMC ini membahas perihal yang penting karena akan berhubungan dengan perkembangan ekonomi dunia.

Kami mencoba me-review hasil keputusan FOMC tersebut dalam artikel ini.

 

Artikel ini dipersembahkan oleh

Logo Rivan Kurniawan

 

Topik Pembahasan FOMC

FOMC sendiri pada dasarnya membahas prediksi pertumbuhan ekonomi dari para anggota the Fed. Beberapa contoh forecast-nya adalah perkembangan inflasi, GDP, dan suku bunga cuan Fed Funds Rate.

Tetapi, dalam masa unprecedented karena dunia sedang berjuang pulih dari pandemi Covid-19, bank sentral bersama dengan pemerintah negara masing-masing telah menggelontorkan stimulus dengan mencetak uang (money printing).

Sejalan juga dengan teori ekonomi dan praktek-praktek yang sebelumnya telah terjadi dalam sejarah, jumlah peredaran uang yang tinggi membuat ekonomi memanas alias inflasi yang tinggi.

Ambil contoh negara AS, sejak tahun 2020, the Fed telah mencetak uang lebih dari 2x lipat, dari US$ 4 triliun menjadi sekarang lebih dari US$ 8,4 triliun.

Review Hasil FOMC September 2021 1

Grafik Kenaikan Jumlah Cetak Uang Amerika Serikat

 

Salah satu cara yang dilakukan the Fed untuk menopang ekonomi AS adalah dengan cara mencetak uang sebesar US$ 120 juta per bulannya.

Likuiditas yang masuk ke dalam ekonomi ini diharapkan dapat menopang kejatuhan ekonomi dari “bencana” pandemi Covid-19.

Review Hasil FOMC September 2021 2

Kenaikan Angka Inflasi Amerika Serikat

 

Di saat yang sama, peningkatan jumlah yang beredar ini memunculkan kekhawatiran dari berbagai pihak bahwa ekonomi AS tengah memanas.

Apalagi bila dikombinasikan dengan angka inflasi sekarang yang telah meningkat hampir 4x lipat sejak awal tahun (1,4% di Jan 21 vs 5,3% di Aug 21), tentu kekhawatiran yang dipikirkan menjadi konsekuensi logis.

Review Hasil FOMC September 2021 3

Grafik Pergerakan Angka Inflasi Amerika Serikat

 

To put into context, inflasi AS pada periode ini merupakan level yang tertinggi semenjak 2008’s global financial crisis yang mengguncang ekonomi dunia, dan juga pasar saham.

Kekhawatiran akan terjadinya hal yang sama ini membuat ada investor yang merasa bahwa level inflasi yang tinggi adalah struktural.

[Baca Juga: Investment Outlook: Welcome Uptober, Apakah Trend Kenaikan Berlanjut?]

 

Hasil FOMC September 2021

Meskipun The Fed tidak secara gamblang menjelaskan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan, namun beberapa hal yang bisa kita duga akan terjadi adalah tapering off yang akan dilakukan oleh The Fed.

Tapering off berarti bahwa The Fed akan mengurangi tingkat pembelian surat berharga yang awalnya sebesar US$ 120 juta.

Perlu diperhatikan bahwa pemberhentian pencetakan uang tidak dilakukan secara langsung, tetapi secara bertahap.

Kami melihat bahwa tapering yang akan dilakukan The Fed is just a matter of time, karena jumlah likuiditas di pasar yang sudah lebih dari 2x lipat apabila dibandingkan vs pre-Covid.

Hanya saja, mengingat tapering off sekarang adalah yang ke-2 kalinya dilakukan, kami tetap menganggap bahwa dampak dari tapering off ini tidak akan lebih parah dibandingkan tapering off pada tahun 2013.

 

Terlebih lagi, pada tahun 2013 lalu nilai tukar Rupiah cenderung volatile, dari kurang dari Rp 9.000/dollar menembus ke hampir Rp 12.000/dollar.

Berbeda dengan masa tersebut, Rupiah sekarang (di luar shock effect dari Covid) cenderung masih sangat stabil di level Rp 14.000/dollar.

Di luar faktor tersebut, beberapa indikator makro ekonomi Indonesia pun juga lebih solid sekarang dibandingkan tahun 2013.

Ekspor Indonesia menyentuh rekor tertingginya pada bulan Agustus lalu, bersamaan dengan rekor surplus neraca perdagangan, rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

[Baca Juga: Mengenal Apa itu Tapering dan Apa Efeknya Terhadap Pasar Modal]

 

Tapering Off = Kenaikan Suku Bunga?

Perlu diketahui bahwa tapering off yang nanti akan dilakukan oleh the Fed berbeda dengan kenaikan suku bunga acuan Fed Funds Rate, di mana mungkin masih banyak pemain pasar yang mengasosiasikan hal tersebut serupa.

Tetapi, rate dari The Fed sekarang di kisaran 0% – 0,25%, dan merupakan yang terendah dalam sejarah, masih tetap akan dipertahankan oleh the Fed.

Bila menilik dot plot yang dikeluarkan oleh the Fed setelah rapat FOMC kemarin, kita bisa menganggap bahwa kenaikan suku bunga acuan tersebut akan dapat terjadi paling cepat di tahun 2022 (mungkin juga di semester-2 2022).

Sehingga environment suku bunga rendah masih akan terjadi di ekonomi dunia.

Review Hasil FOMC September 2021 4

 

Secara keseluruhan, kami masih berada dalam posisi yang positif terhadap pasar Indonesia.

Tentu, masih ada risiko-risiko yang menggentayangi pasar keuangan Indonesia dan juga global. Namun di sinilah money management dan juga pemilihan saham akan mempengaruhi kinerja portfolio seorang investor.

Kami bisa bantu Sobat Finansialku dalam mempertimbangkan pemilihan saham yang baik melalui webinar saham Finansialku yang dipandu oleh saya, Rivan Kurniawan, bersama dengan Melvin Mumpuni, CFP®, CEO dan Founder Finansialku.com.

Klik banner untuk join webinar dan tergabung dalam komunitas saham bareng ratusan investor lainnya

komunitas saham

 

Bagaimana menurut Sobat Finansialku terkait hasil keputusan FOMC tersebut? Adakah kekhawatiran lain yang muncul dari hasil tersebut?

Yuk diskusikan dalam kolom komentar.

Jangan lupa juga share artikel ini pada rekan-rekan Sobat Finansialku ya.

 

Editor: Eunice

Sumber Gambar:

dilema besar