Tahukah Anda kenapa harga emas bisa naik dan turun? Padahal, emas sebagai investasi bukanlah hal baru dan sudah dilakukan sejak zaman dulu. Mari kita simak artikel berikut ini untuk mengetahui jawabannya.
Emas Si Aset Safe Haven
Berinvestasi dalam bentuk logam mulia atau emas kerap dilakukan oleh banyak orang.
Sebagai salah satu instrumen investasi, emas memberikan beberapa keunggulan seperti imbal hasil yang cukup menjanjikan, mudah dalam mencairkannya, dan harganya cenderung stabil bahkan dalam kondisi ekonomi yang kurang baik.
Bisa dibilang investasi emas bisa dilakukan dalam kondisi apapun. Bahkan di saat kondisi pasar sedang kurang baik, seperti adanya gejolak konflik atau tensi geopolitik, aset safe haven seperti emas akan kembali dilirik oleh investor.
Istilah safe haven banyak digunakan untuk menggambarkan aset yang diharapkan nilainya tetap atau meningkat walapun dalam kondisi pasar yang sedang tidak stabil atau bergejolak.
[Baca Juga: Ketahui Cara Investasi Emas Agar Untung Maksimal]
Pada kondisi tersebut, tujuan dari para investor bukan lagi mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, melainkan menghindari kerugian yang semakin dalam terhadap aset mereka ketika terjadi penurunan pasar atau krisis keuangan.
Saat terjadi tekanan dalam pasar keuangan, ketidakjelasan politik, dan sentimen konsumen, maka investor cenderung memilih aset investasi yang lebih stabil, dibandingkan dengan saham dan obligasi.
Sebagai akibatnya, pada kondisi pasar yang tidak stabil justru permintaan emas menjadi meningkat dan disertai dengan melonjaknya harga emas. Sebagai contoh, perubahan harga emas bisa dilihat pada gambaran grafik di bawah ini:
Mengutip situs logammulia.com milik PT Aneka Tambang, Tbk, pada saat kondisi ekonomi di Indonesia sedang mengalami resesi karena pengaruh pandemi, tren harga emas justru cenderung naik.
Pada awal tahun 2020, harga emas 1 gram masih berada di harga Rp 771.000. Namun pada akhir tahun, mengalami kenaikan sebesar 25,16% hingga harganya mencapai Rp 965.000 per 1 gram.
Bahkan pada bulan Agustus 2020, logam mulia Antam mencapai nilai level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu seharga Rp 1.065.000 per 1 gram.
Padahal saat itu, kondisi ekonomi di dunia masih dalam situasi ketidakpastian dan banyak negara masih dalam kondisi resesi ekonomi.
[Baca Juga: Sebelum Berinvestasi Emas, Ayo Kenali Dulu Karat Emas dan Alasan Investasi Emas]
Bisa dibilang, emas adalah asuransi bagi beberapa investor. Kenaikan nilai emas bukan dianggap sebagai keuntungan, melainkan sebagai “hedging” atau lindung nilai guna menjaga agar aset investasi yang dimiliki terjaga nilainya dari inflasi dalam jangka waktu yang lama.
Terutama dalam kondisi ekonomi yang buruk, investor cenderung memindahkan aset investasinya dari pasar saham dan obligasi ke emas karena nilai emas tidak dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga dan kebijakan moneter dan fiskal lain dari bank sentral maupun pemerintah.
Pada masa lalu, emas banyak digunakan sebagai alat tukar dalam aktivitas ekonomi di dunia. Namun karena pertimbangan kepraktisan dan perdagangan global yang semakin kompleks, maka peran emas digantikan oleh uang kertas.
Masyarakat hingga saat ini masih menganggap emas sebagai suatu simbol kemakmuran karena bernilai tinggi serta dapat diakui di mana saja dan kondisi apa saja.
Meski nilainya cenderung lebih stabil, harga emas juga bisa mengalami naik dan turun. Mari kita bahas lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor Naik dan Turun Harga Emas
Meski merupakan aset investasi yang risk-free dan dianggap safe haven, namun harga emas juga bisa mengalami kenaikan dan penurunan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan harga emas tersbut.
Mengutip dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat lima faktor yang mempengaruhi harga emas di pasar, yaitu:
Ketidakpastian Kondisi Global
Berbagai kondisi yang terjadi seperti gejolak geopolitik, krisis, resesi, perang dan pandemi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi naik dan turunnya harga emas.
Sebab pada kondisi serba tidak pasti dalam hal ekonomi dan politik, emas dianggap dapat melindungi nilai aset investasi para investor.
Misalnya pada saat kondisi awal pandemi Covid-19, permintaan terhadap emas meningkat seiring para investor yang memindahkan aset investasinya dari saham dan obligasi ke emas. Hal itu mendorong naik harga emas di pasar dunia.
Saat dalam kondisi kritis, emas kerap dianggap sebagai safe haven. Namun saat kondisi sudah membaik, maka risk appetite investor akan berubah dan kembali mencari instrumen yang lebih agresif dan high risk.
Ada tiga alasan mengapa emas menjadi primadona di kala kondisi ekonomi sedang tidak menentu. Pertama, nilai emas tetap terjaga meski dalam kondisi inflasi maupun deflasi.
Kedua, nilai emas tetap terjaga meski terjadi krisis ekonomi maupun perang. Ketiga, permintaan akan emas tidak berkurang seiring dengan ketersediaan emas yang terbatas.
Penawaran dan Permintaan Emas
Apakah Sobat Finansialku pernah mendengar mengenai hukum penawaran dan permintaan?
Hukum penawaran dan permintaan adalah satu teori yang menjelaskan mengenai interaksi antara penjual dan pembeli terhadap suatu sumber daya tertentu, yang nantinya akan berpengaruh terhadap harga barang atau jasa yang akan dijual.
Pada Hukum Permintaan berbunyi apabila harga produk atau jasa mengalami penurunan, maka jumlah permintaan mengalami kenaikan. Dan apabila harga produk atau jasa mengalami kenaikan, maka permintaan akan mengalami penurunan.
Sedangkan untuk Hukum Penawaran berbunyi apabila harga produk atau jasa naik, maka jumlah penawaran akan meningkat. Dan apabila harga suatu barang atau jasa turun, maka jumlah penawaran akan turun.
Perubahan harga emas juga dipengaruhi oleh hukum penawaran dan permintaan.
Bisa dilihat pada saat permintaan akan emas meningkat, maka disertai juga dengan melonjaknya harga emas, dan sebaliknya. Saat penawaran meningkat maka harganya pun akan turun.
Yang perlu diingat adalah emas merupakan sumber daya alam sehingga ketersediaannya terbatas.
Kebijakan Moneter
Naik dan turunnya harga emas juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter terkait naik turunnya suku bunga yang diambil oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed).
Saat The Fed menurunkan suku bunga, maka emas berpotensi mengalami kenaikan harga, karena saat itu dolar menjadi tidak menarik sebagai pilihan investasi dan orang-orang cenderung menempatkan uangnya dalam bentuk emas, dan sebaliknya.
Inflasi
Inflasi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan harga barang-barang semakin naik, demikian juga untuk harga emas. Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin mahal pula harga emas di pasaran.
Sebabnya adalah karena masyarakat memilih untuk tidak menyimpan asetnya dalam bentuk uang yang mudah berkurang nilainya dan lebih memilih emas karena harganya yang cenderung stabil dan lebih aman ketika terjadi inflasi.
[Baca Juga: Mitos atau Fakta: Hindari Investasi Emas Di Gram Kecil]
Nilai Tukar Dolar Amerika Serikat
Penetapan harga emas di Indonesia mengacu kepada nilai emas internasional yang telah dikonversikan dari dolar Amerika Serikat (USD) ke dalam mata mata uang rupiah. Itulah mengapa harga emas sangat dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Jika Sobat Finansialku ingin berinvestasi emas, maka perlu memperhatikan hubungan dolar AS dan harga emas. Dengan memahami hubungan antara keduanya bisa membantu Anda dalam membuat keputusan saat melakukan transaksi dalam investasi.
Untuk mendapatkan tips investasi emas lainnya, Anda bisa mendengarkan audiobook di bawah ini. Dengarkan sekarang, ya!
Investasi Emas Menguntungkan
Memilih logam mulia emas sebagai salah satu aset investasi bisa menjadi penyelamat di saat kondisi pasar dan ekonomi dalam ketidakpastian. Namun bukan berarti aset safe haven yang minim risiko ini tidak memiliki risiko sama sekali.
Bagi Sobat Finansialku yang memilih emas terutama dalam bentuk fisik perlu memperhatikan faktor keamanan dalam menyimpannya.
Sebaiknya simpan emas dalam tempat khusus agar tidak terselip. Perlu juga mewaspadai agar emas yang disimpan jangan sampai hilang dicuri orang.
Safe deposit box pribadi atau brankas di rumah atau menyewa sebagai fasilitas pada beberapa bank bisa menjadi pilihan dalam menyimpan emas.
Jangan sampai Anda malah tidak bisa tidur karena memikirkan keamanan penyimpanan aset logam mulia emas yang Anda punya.
Dalam berinvestasi kita perlu memahami produk yang digunakan dengan baik. Ayo ikuti terus dan bagikan artikel ini agar keluarga dan teman Sobat Finansialku bisa mendapatkan pengetahuan baru setiap harinya.
Editor: Ratna Sri H
Sumber Referensi:
- Abdul Malik. 3 Agustus 2021. Ini Penyebab Emas Dianggap Sebagai Aset Safe Haven. Bareksa.com – https://bit.ly/3ovrnEZ
- Abdul Malik. 14 Juli 2021. Investor, Ini Lho 5 Penyebab Naik Turunnya Harga Emas . Bareksa.com – https://bit.ly/3iwZusl
- Tirta Citradi. 27 Juli 2020. Penampakan Grafik Harga Emas: Dari Rp 400.000 ke Rp 900.000! Cnbcindonesia.com – https://bit.ly/3owLpPG
- Bareksa. 3 April 2020. Korelasi Emas dengan Dolar AS. Bareksa.com – https://bit.ly/3mpQ5E4
dilema besar