Bagaimana kinerja fundamental salah satu emiten properti terbesar Indonesia, Summarecon Agung (SMRA) pasca raih peringkat idA?
Tidak hanya dalam skala perusahaan, Pefindo juga menetapkan peringkat idA untuk tiga obligasi milik SMRA.
Dengan outlook yang lebih positif, mari kita ulik kinerja fundamental SMRA!
Portfolio SMRA
SMRA telah berdiri sejak 1975, dan dalam hampir setengah abad terakhir, telah berkembang menjadi salah satu perusahaan properti terbesar di Indonesia.
Secara umum, bisnis SMRA sendiri terdiri dari tiga aktifitas: properti development, investasi properti, dan juga bisnis hospitality.
Beberapa bisnis properti Summarecon, yang mungkin juga Anda familiar, adalah sebagai berikut:
Ada beberapa perusahaan properti yang memfokuskan bisnisnya ke beberapa daerah saja (ie. PWON dengan fokusnya di Surabaya & Jakarta [sekarang sedang membangun superblock di Bekasi]).
Tetapi untuk SMRA sendiri merupakan perusahaan properti yang bisnisnya di diversifikasikan ke berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Serpong, Bekasi, sampai ke Makassar di Sulawesi.
Kinerja Fundamental SMRA
Sampai dengan 6M21 kemarin, SMRA telah membukukan Rp 2,8 triliun marketing sales, atau telah mencakup 71% dari total target marketing sales di tahun 2021F yang sebesar Rp 4 triliun.
Tentu, hal ini dikontribusikan juga dari adanya insentif PPN 10% dari pemerintah, tetapi selain itu, mungkin perlu diapresiasi juga pencapaian kinerja tersebut di tengah pandemi covid-19.
Apabila dilihat dari segi kontribusi penjualan, Summarecon Serpong menjadi kontributor terbesar, diikuti dengan Summarecon Bogor, Bandung, dan Bekasi.
Kinerja marketing sales SMRA menjadi salah satu leading indicator yang penting untuk kita perhatikan dalam menilai kinerja fundamental perusahaan.
Dari segi produk penjualan, dapat dilihat bahwa penjualan SMRA didominasi oleh penjualan rumah.
Hal ini memang sedikit berbeda dengan perusahaan properti lain yang mengandalkan recurring income sebagai sumber pemasukan mereka.
Sumber pemasukan utama dari SMRA sendiri adalah dari penjualan unit-unit properti, dan hal ini memang kemudian ditunjang juga oleh ada insentif properti dari sektor properti.
Hal yang menarik perhatian kami juga adalah penjualan properti dengan harga > Rp 5 miliar meningkat cukup drastis.
Sampai dengan 6M21, penjualan properti dengan harga di atas Rp 5 miliar, telah mencapai Rp 382 miliar.
Angka ini bahkan lebih tinggi dari pencapaian tahunan dalam beberapa tahun terakhir, for instance, FY2020 lalu penjualan > Rp 5 miliar “hanya” sebesar Rp 366 miliar.
Dengan kalkulasi simpel seperti meng-annualized penjualan segmen ini, dapat hampir mencapai Rp 800 miliar. Kami melihat hal ini dapat menjadi salah satu key driver dari SMRA.
[Baca Juga: Cara Mudah Membaca Laporan Keuangan Perusahaan]
Kondisi Kesehatan Keuangan SMRA Sekarang VS Pre-Pandemi
SMRA merupakan direct beneficiary dari adanya insentif PPN pemerintah.
Hal ini tidak hanya menyebabkan kinerja profitabilitas perusahaan meningkat (dan kembali ke level pre-pandemi dengan cukup cepat), tetapi juga menyebabkan kesehatan keuangan perusahaan, menurut kami, relatif menjadi lebih baik.
Tentu, di tengah pandemi Covid-19, kesehatan keuangan yang stabil saja sudah cukup baik, apalagi yang meningkat ke arah yang lebih baik.
Sampai dengan 1Q21 kemarin, total utang perusahaan masih di level Rp 9,4 triliun, dan dengan posisi kas sebesar Rp 1,9 triliun, menyebabkan net debt perusahaan ke level Rp 7,5 triliun.
Net debt to equity perusahaan berada di level 0,83x, meningkat ke arah yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi pada akhir tahun 2020 lalu sebesar 0,86x.
Sebelum kita lanjut, Anda bisa lho bergabung bersama ratusan investor saham lainnya dalam komunitas belajar saham Finansialku.
Di dalamnya, saya, Rivan Kurniawan, bersama Melvin Mumpuni, CFP®, CEO dan founder Finansialku.com akan membahas pasar dan emiten-emiten menarik dalam webinar aktif setiap bulannya.
Juga tentu saja, dalam komunitas ini, Anda bisa sharing dan diskusi mengenai investasi sehingga investasi saham Anda bisa lebih maksimal.
Bergabung bersama kami! Klik banner berikut ini.
Strategi SMRA dan Outlook Sektor Properti Menurut Perusahaan
Menurut presentasi perusahaan per Juni 2021 kemarin, SMRA melihat sektor properti sendiri masih positif. Beberapa katalis pendukung dari keyakinan ini antara lain:
- Peningkatan jumlah masyarakat di middle income segment yang merupakan target utama sektor properti.
- First time buyer di sektor properti.
- Adanya beberapa houseowner yang lama, yang berpotensi untuk meng-upgrade ke rumah dengan size yang lebih besar.
- Suku bunga KPR yang masih rendah, seiring dengan BI7DRR yang sekarang berada di level terendah sepanjang masa (3.5%).
- Penetrasi KPR yang masih belum terlalu tinggi, sehingga masih ada potensi peningkatan pengambilan KPR di berbagai segmen masyarakat.
Di luar faktor external, SMRA sendiri sekarang sedang fokus untuk mengembangkan tujuh portfolio township perusahaan, yakni di Kelapa Gading, Serpong, Bekasi, Bandung, Karawang, Makassar, dan Bogor.
[Baca Juga: Analisis Kinerja PT Pakuwon Jati Tbk]
SMRA sekarang ditransaksikan di harga Rp 845 per lembar saham dan divaluasikan di PER 64x dan PBV 2x.
Dengan harga sekarang dan outlook perusahaan ke depan, apakah Anda tertarik untuk berinvestasi di SMRA? You decide….
Yuk bagikan informasi bermanfaat ini pada rekan-rekan investor Anda!
Editor: Eunice
Sumber Gambar:
dilema besar