Finansialku turut mewarnai kolaborasi ciamik wanita berprestasi dari berbagai bidang dalam acara Wanita Merdeka (28/8) yang diselenggarakan oleh Menjadi Tangguh.
JAKARTA – Dalam nuansa semangat kemerdekaan, para wanita masih berkutat mencari arti merdeka bagi dirinya. Tentu besar harapan bagi wanita Indonesia bebas dari belenggu stigma, stereotip, diskriminasi gender, dan hambatan-hambatan lainnya.
Dalam acara “Wanita Merdeka” yang diinisiasi oleh Menjadi Tangguh, hadir berbagai narasumber wanita dengan latar belakang yang bervariasi.
Acara yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Agustus 2021, ini membawakan kisah-kisah wanita inspiratif dari 4 bidang, yaitu ekonomi, pendidikan, sosial, dan psikologi. Webinar yang berlangsung kurang lebih 6 jam ini terbagi dalam 4 sesi.
Sesi pertama, “Being a Full-Time Learner Women”, diisi oleh ASEAN Youth Ambassador, Mutiara Baswedan dan Chief Operation Officer Sekolah.mu, Radinka Qiera.
Bagi Radinka atau yang akrab disapa Inka, belajar itu adalah tugas sepanjang hayat dan tantangan adalah bagian dari pembelajaran.
“Sebenarnya organisasi yang berhenti belajar akan berhenti berinovasi dan akan ditinggalkan. Itu gak berlaku hanya organisasi saja, tapi diri sendiri juga.”, ujar Inka.
Hal senada diutarakan juga oleh Mutiara Baswedan, “Kalau kita gak keluar dari comfort zone kita, kalau kita gak mencoba hal-hal yang menurut kita menyeramkan atau kalau kita dengar saja kata orang tanpa mencoba, itu kita gak mengembangkan diri.”
Beranjak dari dunia pendidikan, pada sesi kedua topik pembicaraan beralih menjadi seputar finansial. Pada sesi ini, perencana keuangan Finansialku, Rista Zwestika, CFP®, berkesempatan menjadi narasumber bersama dengan Widya Yuliarti, CFP® yang juga seorang financial planner.
Belajar arti kemerdekaan, tidak lengkap rasanya kalau tidak membahas merdeka finansial. Merdeka finansial itu apa sih?
Menurut Rista, merdeka finansial adalah saat kita tahu bagaimana cara mengelola, mendapatkan, menjaga, menghabiskan, serta tetap bisa berbagi dan membantu sesama dengan uang yang kita miliki.
Sebelum mencapai financial freedom, ada tahapan yang harus terlebih dulu dilewati, yaitu financial independence. Widya menyebutkan, perempuan juga harus financial independence, artinya perempuan tidak harus bergantung secara finansial pada suami, keluarga, atau orang lain.
“Jangan bergantung sama orang, ketika terjadi apa-apa sama kita, kita sudah punya pengamannya dan seperti apa langkah-langkahnya”, kisah Widya.
Sesi ketiga membahas aksi para perempuan di era digital bersama Anindya Restuviani, Program Director Jakarta Feminis sekaligus Co-Director Hollaback Jakarta, dan Ara Kusuma, Youth Years Leader Ashoka Indonesia sekaligus Founder AHA! Indonesia.
Kekerasan bukan hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga ada di dunia digital. Banyak sekali perilaku tidak terpuji di media digital, khususnya media sosial, seperti ujaran kebencian, komentar negatif, perundungan, bahkan sampai kekerasan seksual.
Anindya atau yang lebih sering dipanggil Vivi, menyatakan kesetujuannya bahwa kekerasan sering sekali terjadi di era digital, tidak terkecuali kepada para aktivis.
Untuk mengantisipasi kekerasan di dunia maya, ada 4 hal yang harus diketahui oleh pengguna media sosial, yaitu privasi, persetujuan, ekosistem digital, dan karakteristik digital.
Vivi pun beranggapan bahwa setiap orang memiliki tingkat keamanan dan kenyamanan yang berbeda-beda di media sosial.
Di sisi lain, menurut Ara, melindungi diri dari kejahatan atau risiko itu bukan dengan melarikan diri, tapi dengan menghadapinya. Risk management atau manajemen risiko menjadi salah satu strategi dalam menghadapi hambatan yang mungkin ditemui.
“Bagaimana sebagai seorang perempuan kita bisa belajar lagi memahami apa saja kira-kira tantangan yang ada di sana, apa saja risikonya, dan bagaimana menanganinya.”, ujar Ara.
Sesi terakhir membicarakan topik mengenai Mindful Living, bagaimana agar tetap produktif selama pandemi.
Pandemi bukan menjadi penghalang bagi Aulia Yasmin, influencer asal Bandung; Jessica Devina, seorang digital creator; dan Salma Ghina Shakinah, S.Psi., Clinical Psychologist Candidates UI.
Meskipun di tengah pandemi, ketiga wanita cantik ini tetap produktif menjalani segala aktivitas mereka. Langkah yang diambil Ghina untuk menghadapi situasi sekarang ini adalah dengan mundur ke belakang.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi goals atau mimpi ke depannya, apa yang diinginkan dalam hidup, dan merefleksikan lagi aktivitas apa yang “valuable” untuk dilakukan.
Hal berbeda dilakukan oleh Jessica Devina, ia lebih memperhatikan bagaimana penyesuaian produktivitas yang diimbangi dengan kegiatan lain yang menyenangkan. Life balance menjadi kunci utama agar Jessica terhindar dari burnout.
Kondisi dunia hiburan yang terdampak pandemi, membuat para pegiat seni mengalami kesulitan. Sebagai entertainer, Aulia Yasmin dan rekan sejawatnya harus memutar otak agar bisa berkarya dengan tetap mengikuti protokol kesehatan.
Dari sana, Yasmin mendapatkan perspektif baru bahwa produktivitas bukanlah sebuah perlombaan. Produktif bukan berarti menyibukkan diri dengan segala macam kegiatan, tetapi harus diiringi niat dan kesungguhan dalam menjalankannya.
Wah banyak insight yang bisa kita ambil dari acara ini, ya!
Mau tambah wawasan lainnya, khususnya soal keuangan?
Nantikan acara seru lainnya hanya di Finansialku!
Tertarik berkolaborasi dengan Finansialku? Hubungi 0815 5449 1782 (Silfa) atau email ke silfa@finansialku.com untuk informasi kerja sama dan event.
Editor: Eunice Caroline
dilema besar