Merencanakan keuangan, tidak perlu menunggu saat sudah bekerja dan mendapat penghasilan. Sejak sebagai mahasiswa, perencanaan keuangan khususnya keuangan pribadi sudah bisa dijalankan.
Mari simak artikel ini yang bisa membantu kamu merencanakan keuangan sebagai mahasiswa.
Perencanaan keuangan bagi Mahasiswa
Perubahan dari pelajar sekolah menjadi mahasiswa seringkali diiringi dengan anggapan sudah mampu untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri, sehingga ada peraturan yang diberikan oleh orang tua terasa lebih longgar dibandingkan dengan saat sekolah dulu.
Kebebasan yang diberikan tersebut memberikan pengaruh pada kehidupan kita, bahkan tidak jarang berpengaruh juga pada kondisi keuangan.
Ada kebiasaan yang dilakukan oleh mahasiswa yang ternyata membuat sulit untuk menabung dan boros. Apa saja itu?
#1 Terlalu banyak jajan
Mulai dari jajan makanan sampai dengan belanja pakaian. Pilihan makanan yang bervariasi di kantin hingga mall di samping kampus. Belum lagi, karena tidak ada seragam seperti saat sekolah, pakaian yang digunakan ke kampus harus bervariasi agar tidak bosan dan tentu saja mengikuti trend.
Tentu kalau kegiatan jajan tersebut tidak direncanakan dengan baik bisa berdampak ke kondisi keuangan. Bisa-bisa nanti keuangan kamu terjangkit dengan yang dinamakan latte factor.
Bisa jadi dalam sekali transaksi nominalnya tidak terlalu besar dan masih terjangkau. Tapi coba hitung berapa yang kita keluarkan dalam sebulan, jika pengeluaran tersebut rutin dilakukan setiap harinya.
[Baca Juga: Cara Kelola Keuangan Dan Dapat Modal Usaha Tambahan ]
Misalnya kamu setiap hari jajan kopi kekinian, mungkin sekali beli harganya masih terjangkau. Coba kita hitung berapa yang kamu keluarkan jika jajan kopi tersebut dalam sebulan.
Harga kopi Rp 25.000 x 20 hari (asumsi 20 hari jajan dalam sebulan)
Total yang kamu keluarkan dalam sebulan adalah sebesar Rp 500.000.
Sedangkan Rp 500.000 itu sebenarnya bisa kamu gunakan untuk:
- Modal usaha, seperti jualan kue, jualan pulsa, dan sebagainya.
- Beli saham Bank BRI (BBRI) 1 lot
- (Harga per 25/5/2021 saham BBRI 1 lembar = Rp 4.060, 1 lot = 100 lembar saham)
- Investasi di reksa dana
- Dan masih banyak lagi
#2 Pergaulan mahal di ongkos
Pada saat kuliah tentu pergaulan kita bisa sangat luas, tidak melulu hanya pada satu jurusan yang sama. Mulai dari teman satu jurusan, teman kegiatan kemahasiswaan di kampus, atau bahkan teman dari kampus lain.
Semakin banyak circle pergaulan kita, tentu semakin beragam jenis perkumpulan yang kita temui. Mungkin saja ada yang berkumpul di mall, di café paling hype atau bahkan party di saat weekend.
Semakin banyak relasi semakin baik, tapi perlu diperhatikan juga ya kondisi keuangan kita. Jangan sampai untuk mengikuti pergaulan, kita harus mengorbankan uang bulanan dari orang tua.
#3 Travelling tanpa rencana
Bagai singa keluar dari kandang, kalau dulu saat sekolah mungkin hanya bisa travelling dengan keluarga, saat kuliah tidak jarang orang tua memberikan kepercayaan untuk pergi bersama teman-teman.
Jika travelling direncanakan dengan matang dan dipersiapkan jauh hari tentu tidak mengganggu keuangan.
Memang bukan travelling ke luar kota yang jauh atau ke luar negeri. Mungkin saja hanya Jakarta – Bandung, tapi jika dilakukan secara spontan dan tanpa rencana tentu tidak baik juga untuk dompet.
Eits, walaupun kita travelling ala backpacker sekalipun perlu rencana lho, terutama dalam hal keuangan.
#4 Sibuk Pacaran
Namanya jatuh cinta pasti berjuta rasanya. Lebih-lebih saat PDKT. Antar jemput lintas provinsi, telepon ngobrol sampai tengah malam, juga nge-date fine dining restaurant akan dijalani atas nama cinta.
[Baca Juga: Cara Mengatur Keuangan & Memutus Sandwich Generation? ]
Sobat, bukan hanya pacar yang perlu perhatian lebih, rekening kamu pun harus tetap diperhatikan ya. Perlu ada perencanaan keuangan yang baik, seperti memasukan budget pacarana ke dalam cashflow bulanan.
Tentu kamu gak mau kan, uang bulanan habis sebelum waktunya.
Bangun mindset positif mengenai keuangan
Bad habits diatas adalah yang umumnya banyak terdapat pada masalah keuangan mahasiswa. Supaya gak ikutan menyesal di kemudian hari, Sobat Finansialku perlu mulai membentuk mindset terkait keuangan.
Mungkin saja saat ini orang tua masih memberikan support penuh terhadap keuangan kita, tapi bagaimana jika terjadi kondisi yang menyebabkan orang tua tidak mampu lagi menanggung keuangan kita.
Seiring bertambahnya usia, cepat atau lambat kita juga harus mampu untuk bertanggung jawab dan mencukupi kebutuhan sendiri.
Walaupun saat ini belum bekerja, tapi perencanaan keuangan bukan semata soal memiliki penghasilan sendiri melainkan lebih kepada kebiasaan yang harus dimulai sedini mungkin.
Justru saat masih kuliah dan belum memiliki tanggungan adalah saat terbaik kita memulai membuat rencana keuangan dan berinvestasi.
Berbicara mengenai investasi, berikut audiobook mengenai cara memilih investasi reksa dana yang tepat buat sobat Finansialku.
Langkah Perencanaan Keuangan Mahasiswa
Niat tanpa tindakan nyata adalah satu hal yang sia-sia. Percuma jika kita membangun mindset positif dan membuat rencana keuangan jika tidak diikuti dengan tindakan. Lalu apa saja
Langkah yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa dalam merencanakan keuangan pribadi?
#1 Buat daftar pengeluaran setiap bulan
Pengeluaran ini berupa biaya hidup diluar dari biaya kuliah, yang bisa kita bagi menjadi pengeluaran rutin dan tidak rutin.
Untuk pengeluaran rutin atau wajib contohnya seperti biaya kos, makan dan transport ke kampus, sedangkan untuk pengeluaran tidak rutin (sekunder) seperti biaya fotokopi materi kuliah, hangout dengan teman, nge-date dengan pacar dan lainnya.
[Baca Juga: Seberapa Perlukah Mahasiswa Memiliki Kartu Kredit? ]
Bagi kamu yang mendapat uang bulanan dari orang tua, bisa memperkirakan berapa sih sebenarnya angka minimum yang kamu butuhkan setiap bulannya dengan melihat pengeluaran rutin atau wajib tersebut.
Jika angka tadi ternyata diatas dari pendapatan uang bulanan kamu, maka perlu adanya review untuk cashflow kamu. Sederhananya Cuma ada 2 cara, yaitu mengurangi pengeluaran atau mencari tambahan penghasilan.
#2 Buat pos Dana Darurat dan Hura-hura
Setelah mengetahui pengeluaran rutin dan tidak rutin, perlu dibuat juga pos untuk pengeluaran yang sifatnya hiburan. Beda dengan pengeluaran tidak rutin diatas, untuk hiburan ini belum pasti dilakukan setiap bulan, tapi saat dikeluarkan dananya cukup besar.
Salah satu contoh pengeluaran jenis ini adalah biaya travelling atau liburan. Dengan menyiapkan pos untuk liburan, bisa membantu kita untuk menjaga agar pos pengeluaran lainnya bisa tetap terjaga.
Dalam alokasinya bisa kita pisahkan dari rekening operasional biasa. Bisa juga kita menerapkan sistem amplop dan menganggarkan pos liburan tadi setelah kita mengalokasikan budget pengeluaran yang sifatnya rutin dikeluarkan setiap bulan.
Sama seperti pos liburan, yang tidak kalah pentingnya adalah anggaran untuk Dana Darurat. Dana darurat penting untuk disiapkan untuk kondisi khusus yang memaksa kita mengeluarkan dana pada kondisi mendesak. Sekalipun saat ini kita masih ditanggung oleh orang tua, jangan jadikan keluarga sebagai sumber dana darurat kita.
Bayangkan jika kita berada pada kondisi darurat di saat sulit minta bantuan dari keluarga, misalnya saat tengah malam dan ban motor pecah atau saat sakit mendadak sementara belum memiliki asuransi.
Dana darurat ini masuk ke dalam instrument yang mudah untuk diakses sewaktu-waktu ya, seperti tabungan yang tentunya terpisah dari tabungan operasional.
Dari dua pos pengeluaran tersebut diatas, ada baiknya juga ditambahkan anggaran untuk investasi. Mulai dari nominal yang terjangkau dulu lalu tingkatkan perlahan seiring waktu.
#3 Susun cashflow bulanan
Menyusun cashflow atau arus kas tidak sesulit yang dibayangkan. Jika kamu telah menjalankan dua Langkah diatas, kamu bisa langsung melanjutkan untuk Menyusun cashflow bulanan kamu sendiri.
[Baca Juga: Sebenarnya Berapa Sih Dana yang Perlu Diinvestasikan Mahasiswa? ]
Komponen terpenting dalam penyusunan cashflow adalah mengetahui berapa pengeluaran dan pendapatan kamu dalam sebulan. Perlu diperhatikan untuk menjaga cashflow tetap dalam posisi positif atau pendapatan lebih besar daripada pengeluaran.
Jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka kamu perlu untuk me-review ulang cashflow yang sudah kamu buat tersebut.
Berikut contoh cashflow yang bisa diterapkan oleh mahasiswa:
Pendapatan Rp 5.000.000 (uang saku dari orang tua)
Pengeluaran
Pengeluaran rutin (wajib)
Biaya kost Rp 1.000.000
Biaya makan Rp 900.000 (asumsi 1x makan Rp 30.000. 1 hari 3x makan.)
Biaya transport Rp 500.000
Pengeluaran tidak rutin (sekunder)
Biaya nongkrong Rp 800.000 (asumsi Rp 200.000/minggu)
Biaya pacaran Rp 1.000.000 (asumsi Rp 250.000/minggu)
Biaya langganan Rp 200.000 (asumsi Netflix, spotify dan lainnya)
Pos Lainnya
Tabungan liburan Rp 200.000
Dana Darurat Rp 200.000
Investasi Rp 200.000 –
Sisa Rp 0
Cashflow diatas hanya sebagai ilustrasi saja ya, bisa kamu sesuaikan dengan kondisi masing-masing.
Investasi sejak kuliah, pensiun muda kemudian
Pensiun muda menjadi salah satu tujuan keuangan banyak anak muda dewasa ini. Bukan berarti menjadi tidak produktif tapi mencapai financial freedom alias bekerja bukan berorientasi untuk mencari uang.
Dengan kita mulai merencanakan keuangan dan berinvestasi sejak muda bisa mempercepat pertumbuhan asset yang dimiliki, sehingga kebebasan finansial bukan hanya mimpi belaka.
Jika menginginkan pensiun pada usia normal pada umumnya, alokasi yang perlu kita siapkan juga tidak sebesar jika baru disiapkan saat sudah bekerja.
Terlebih saat belum memiliki tanggungan adalah golden moment untuk memulai investasi secara maksimal. Beda cerita saat sudah berkeluarga dan memiliki anak, tentu banyak pengeluaran lain yang harus kita penuhi.
Bagaimana Sobat Finansialku, walau masih menjadi mahasiswa bukan berarti belum perlu merencanakan keuangan kan. Banyak manfaat yang ternyata bisa kita dapatkan jika melakukan perencanaan keuangan sejak dini.
Kalau kamu merasa artikel ini bermanfaat bagi kamu, yuk bagikan ke teman-teman lainnya supaya mendapatkan pengetahuan yang sama. Selamat mencoba!
Editor: Julius Fallen
Sumber Gambar: https://bit.ly/2TKSsqu
dilema besar