Tiga jenis orang ini adalah mereka yang senang dan rentan terhadap kecanduan belanja online. Apakah kamu di antaranya?
Cari tahu selengkapnya di artikel Finansialku berikut ini, yuk!
Karakter Orang yang Senang dan Rentan Terhadap Kecanduan Belanja Online
Saat ini, mal tidak lagi berdasar jarak jauh dekatnya atau terletak di tengah kota, tapi kini ada di dalam genggaman kita. Semua barang yang dipajang di mal bisa kita beli cukup dengan sentuhan jari lewat ponsel pintar pribadi.
Anggun Meylani Pohan, M.Psi., Psikolog., Senior Consultant dan Founder PT. Multi Human Cendekiawan mengatakan, fenomena meningkatnya penggunaan media sosial diikuti dengan banyaknya pengguna smartphone jadi salah satu tolak ukur pertumbuhan online shop.
Banyak kemudahan serta keuntungan yang diperoleh dengan bertransaksi melalui online shop.
“Penjual dan pembeli tidak perlu merasa direpotkan untuk pergi ke toko. Serta melalui online shopping sepertinya cukup tahu apa yang menjadi pangsa pasar terutama bagi kalangan muda dan produtif.” Katanya.
Tidak heran jika kemudian perilaku konsumtif terhadap belanja online tersebut mengalami peningkatan yang sangat cepat.
[Baca Juga: Ini Dia 5 Cara Jitu Mengatasi Kecanduan Belanja Online]
Ironisnya, kebiasaan belanja jika berlebihan mampu menyebabkan adanya gangguan dan patologis.
Ada beberapa nama yang seringkali digunakan bagi orang-orang kecanduan belanja, yaitu pathological buying, compulsive buying, buying addiction, dan oniomania.
Sebuah penelitian dalam jurnal PLOS ONE meneliti antara belanja online dan kecanduan.
Para ilmuwan masih mencoba untuk mencari tahu untuk mengategorikan belanja patologis secara online dan apakah hal tersebut lebih mirip dengan impuls gangguan kontrol, obsesif kompulsif, atau kecanduan belanja.
Studi tersebut kemudian menemukan tiga karakter orang yang senang dan rentan terhadap kecanduan belanja online, yaitu:
#1 Menghindari Interaksi Sosial
Orang-orang yang suka membeli secara online biasanya menghindari interaksi sosial. Secara umum terdapat tumpang tindih antara pathological buying dan kecemasan.
Pada Individu yang mengalami kecemasan sosial, tidak suka dengan keramaian, belanja online adalah solusi terbaik bagi dirinya.
Namun, bagi individu yang mengalami pathological buying, belanja online adalah cara terbaik baginya untuk menutupi dan menyembunyikan rasa malu bahkan menyesal atas kebiasaan mereka untuk berbelanja dengan berlebihan.
Dan, belanja online dapat memperburuk kondisi patologisnya, karena akan lebih sulit unutk mengontrol diri.
#2 Sulit Merasa Puas
Kedua adalah tipe individu yang menikmati berbagai variasi ketersediaan stok. Hal ini tentu berbeda dengan belanja di toko yang membuatnya sulit merasa puas. Entah karena tidak menemukan barang yang sesuai, dan banyak lagi faktor lainnya.
Maka bukan hal yang mengherankan ketika kepuasan berbelanja seseorang terpenuhi secara maksimal lewat online. Pasalnya, dia dapat belanja sepuasnya di toko online yang tidak pernah tutup.
#3 Serba Ingin Instan
Terakhir adalah mereka yang sangat ingin mendapatkan kepuasan secara instan. Masyarakat pada umumnya saat ini mengharapkan kepuasan instan.
Kepuasan instan ini dapat diperoleh melalui belanja online karena mendapatkan kemudahan dalam berbelanja, kecepatan, dan jaminan tanpa repot.
Pahami Ini
Hal yang perlu dipahami, pathological buying secara online berbeda halnya dengan individu yang berbelanja secukupnya.
Individu yang mengalami patologis belanja akan merasa sibuk dengan belanja dan merasa seperti mereka tidak memiliki kontrol, bahkan dapat sampai mengarah pada pekerjaan atau masalah kubungan, juga masalah keuangan.
Intinya, belanja online tidak akan memberikan efek samping yang membahayakan mental apabila dilakukan sewajarnya dan tidak berlebihan.
Apakah Sobat Finansialku merasa masuk ke dalam salah satu kategori yang disebutkan di atas? Jangan menerka-nerka, segera konsultasikan dengan pakar, ya!
Tunjukkan rasa kasih sayang Sobat Finansialku terhadap sahabat atau saudara dengan membagikan informasi penting ini kepada mereka lewat pilihan platform media sosial yang tersedia di bawah ini, ya!
Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara Finansialku dengan Nova.grid.id, isi artikel menjadi tanggung jawab sepenuhnya Nova.grid.id.
Editor: Hesti Retno Wahyuni
Sumber Referensi:
Sumber Gambar:
01 – https://bit.ly/3pWu0OJ
dilema besar