Makna dalam Idul Adha, Iman dan Ketakwaannya

Makna dalam Idul Adha, Iman dan Ketakwaannya

Halo kaum muslimin, tahu bagaimana kisah sukses Nabi Ibrahim as yang lengkap? Nah kalau belum tahu, simak selengkapnya di Finansialku!

Selamat membaca…

 

Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim as adalah nabi ke-enam dalam sejarah Rasul Allah swt yang wajib diketahui umat Islam.

Secara silsilah, nabi Ibrahim adalah Ibrahim bin Azzar bin Tahur bin Sarush bin Ra’uf bin Falish bin Tabir bin Shaleh bin Arfakhsad bin Syam bin Nuh.

Sebagai seorang yang mulia, tugas Nabi Ibrahim as sangatlah berat. Karena dia harus dilahirkan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah yang musyrik dan kafir.

Beliau dilahirkan pada tahun 2295 SM di negeri Mausul. Nabi Ibrahim as merupakan nabi dalam agama Samawi.

Ia bergelar Khalilullah (Kesayangan Allah). Hal ini termaktub dalam QS. An-Nisa’ ayat 125 yang berbunyi,

وَمَنْ اَحْسَنُ دِيْنًا مِّمَّنْ اَسْلَمَ وَجْهَهٗ لِلّٰهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَّاتَّبَعَ مِلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۗوَاتَّخَذَ اللّٰهُ اِبْرٰهِيْمَ خَلِيْلًا

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya).” (QS. An-Nisa’: 125)

 

Masa Kecil Ibrahim as

Semasa kecil, Ibrahim diasingkan ke hutan, di dalam sebuah goa yang mustahil akan ditemukan orang.

Hal ini dilakukan dalam bentuk penyelamatan karena di zaman itu raja Namrud mengeluarkan peraturan untuk membunuh setiap ada bayi laki-laki yang lahir.

Namrud melakukan hal itu karena dirinya tidak ingin digantikan oleh siapapun di muka bumi ini sebagai penguasa.

Oleh karena itu, orang tua Ibrahim mengasingkannya ke sebuah hutan. Allah swt telah menunjukkan kuasanya dengan membuat Ibrahim tumbuh sebagai sosok lelaki yang tangguh hingga selamat dari segala macam marabahaya di dalam hutan.

Sampai akhirnya dirinya kembali di tengah masyarakat dan melihat semua orang, seperti  gila pada patung.

Hampir setiap rumah dan tempat-tempat umum dipenuhi patung berhala, agar mereka dapat menyembah patung tersebut setiap waktu

Termasuk di rumah ayahnya yang memang bekerja sebagai pembuat patung berhala.

Kisah Nabi Ibrahim as_ Makna dalam Idul Adha, Iman dan Ketakwaannya 02 Finansialku

[Baca Juga: Kisah Thalhah bin ‘Ubaydillah, Pelindung Nabi yang Syahid di Muka Bumi]

 

Ibrahim Mencari Tuhan yang Sebenarnya

Ketika Ibrahim as telah beranjak dewasa, ia merasa kehilangan sosok yang sebelumnya, yang memberi makan dan perlindungan untuk dirinya.

Terlebih ia telah mendapati banyak orang yang merupakan para penyembah berhala. 

Tetapi Ibrahim mengingkari anggapan bahwa patung berhala adalah dewa, sehingga Ibrahim berniat untuk mencari Tuhan yang sesungguhnya.

Terdapat beberapa ayat yang menjelaskan sebagian kisah tentang pencarian Ibrahim mengenai Tuhannya.

فَلَمَّا جَنّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ )٧٦( فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ ) ٧٧(  فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ

(76) Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam.”

(77) Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: “Inilah Tuhanku” tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat.”

(78) Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa.” (QS. Al-An’am: 76-78).

Inilah daya logika yang Allah swt karuniakan untuk Ibrahim sehingga ia menolak agama penyembahan langit yang sedang dipercayai kaumnya.

Ibrahim pun menyadari bahwa yang mengendalikan bulan, bintang, matahari, siang dan malam, juga yang menciptakan seluruh makhluk di bumi adalah Tuhan yang sebenarnya.

 

Peringatan Ibrahim Kepada Kaumnya

Semasa remaja, Ibrahim sering bertanya kepada sang ayah, tentang Tuhan yang sesungguhnya. Walau demikian, ayahnya menghiraukan Ibrahim.

Ibrahim menyadari kesia-siaan patung berhala sehingga ia berusaha menyadarkan kaumnya dan menyebarkan dakwah tentang Tuhan yang sesungguhnya.

Sewaktu mendapati ayah kandungnya, tetap tidak mau meninggalkan penyembahan patung berhala, Ibrahim merasa sedih dan ingin menyadarkan sang ayah tentang kekeliruan ini.

Ibrahim berusaha mengingatkan berulang-ulang, namun ayahnya tetap kukuh pada pendiriannya.

Ketika ia memperoleh berbagai risalah Allah swt, Ibrahim menyampaikan berbagai dakwah menentang tindakan penyembahan berhala yang berlangsung di tengah-tengah kaumnya.

Ibrahim pun berusaha menyadarkan ayah kandungnya beserta kaumnya, tentang kesesatan penyembahan berhala.

Hal ini terdapat dalam QS Al An’am ayat 74 yang berbunyi,

وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيْمُ لِاَبِيْهِ اٰزَرَ اَتَتَّخِذُ اَصْنَامًا اٰلِهَةً ۚاِنِّيْٓ اَرٰىكَ وَقَوْمَكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya Azar, pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Al An’am: 74)

Kisah Nabi Ibrahim as_ Makna dalam Idul Adha, Iman dan Ketakwaannya 03 Finansialku

[Baca Juga: Kisah Utsman Bin Affan, Sahabat Nabi yang Kaya & Khalifah Ketiga]

 

Perdebatan Ibrahim Dengan Namrud

Namrud, yang telah mendakwakan diri sebagai raja di muka bumi, memerintahkan untuk mendirikan sebuah bangunan sebagai tempat menyembah patung berhala.

Ketika mendapati berbagai patung berhala dijadikan sebagai sembahan, maka Ibrahim bertekad menghancurkan berhala tersebut.

Sebagai bukti, bahwa patung batu hanyalah benda mati yang tidak dapat bertindak apapun.

Ibrahim datang untuk meruntuhkan segala patung, tanpa terkecuali, bahkan sebuah patung terbesar yang dianggap sebagai sembahan paling hebat bagi kaumnya.

Dalam QS. Al-Anbiya’ dijelaskan:

وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ )٥١( إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ )٥٢( قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ )٥٣( قَالَ لَقَدْ كُنْتُمْ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ )٥٤( قَالُوا أَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ أَمْ أَنْتَ مِنَ اللاعِبِينَ )٥٥( قَالَ بَل رَبُّكُمْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الَّذِي فَطَرَهُنَّ وَأَنَا عَلَى ذَلِكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ )٥٦( وَتَاللَّهِ لأكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ )٥٧( فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ )٥٨

(51) Dan Sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah kami mengetahui (keadaan)nya.

(52) (ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?”

(53) Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya”.

(54) Ibrahim berkata: “Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata”.

(55) Mereka menjawab: “Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main? “

(56) Ibrahim berkata: “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya: dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu”.

(57) Demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.

(58) Maka Ibrahim membuat berhala berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS. Al-Anbiya’: 51-58).

Mendapati terdapat batu-batu yang remuk beserta puing reruntuhan di tempat berhala mereka, para penyembah berhala merasa marah, kemudian mereka hendak menghukum orang yang melakukan tindakan ini. Dan Allah swt berfirman:

قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ )٥٩( قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ  )٦٠

(59) Mereka berkata: “Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.”

(60) Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya’: 59-60)

 

Ibrahim Dibakar Hidup-hidup

Mendengar pernyataan bahwa kelak para penyembah berhala akan celaka, mereka tidak serta merta menyerah dan mengakui dosa, justru mereka hendak membunuh dan membakarnya.

Para penyembah berhala itu beramai-ramai mengumpulkan banyak kayu bakar untuk sebuah perapian besar.

Kemudian Namrud, orang yang telah mengajak seluruh penduduk negeri agar menyembah berhala, menyatakan secara angkuh: “Hal ini akan menjadi bukti, siapa raja dan dewa di muka bumi ini, serta siapa yang manusia biasa, kalian akan menyaksikan pada hari ini bahwa orang itu dilenyapkan di perapian akibat berani menyatakan bahwa kelak Tuhannya membakar kaum kita; maka biarlah Tuhannya yang menyelamatkan orang itu, sementara akulah dewa yang menyelamatkan kalian, bukan orang itu!”

Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk menawarkan pembebasan untuk Ibrahim supaya dapat melarikan diri menghadapi hukuman kaumnya, namun Ibrahim berkata: “Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi keselamatan kepada diriku” lalu malaikat tersebut beranjak pergi.

Tatkala Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika Allah swt berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap Ibrahim, yang artinya:

(69) Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”,

(70) Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, Maka Kami

(71) menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (QS. Al-Anbiya’: 69-70)

Maka api dari Allah hadir untuk melindungi Ibrahim supaya dapat berjalan dalam keadaan selamat dari tengah-tengah perapian.

 

Jawaban Ibrahim atas Tantangan Namrud

Mendapati Ibrahim selamat dari tengah-tengah perapian yang membara, sebagian besar orang berpegang pada pendapat masing-masing.

Namun masih tidak mengakui satu sama lain, bahkan mereka enggan mengakui Allah swt.

Walaupun orang-orang tersebut mengakui kebenaran ajaran Ibrahim di dalam hati, mereka memiliki kedengkian serta tidak mau menanggung rasa malu.

Ibrahim maju seraya menyatakan bahwa ia hanya beriman kepada Allah swt, juga ia hanya berserah diri kepada kehendak Allah swt.

Maka Allah swt memilih Ibrahim dari tengah-tengah umat manusia sebagai manusia pilihan Allah swt, firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 130-132,

“Dan orang yang membenci kepada agama Ibrahim, hanyalah orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!”

Ibrahim menjawab: “Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam”. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS. Al-Baqarah: 130-132)

Setelah itu, Ibrahim mengatakan kepada orang-orang yang saling berselisih: “Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah swt, hanyalah didasari rasa tentram dan kasih sayang bagi kalian sendiri dalam kehidupan dunia ini. Kelak pada hari kiamat, sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian mengutuk sebagian lain. Dan tempat kembali kalian memang Neraka dan takkan ada satupun yang membela kalian”. Ini tertulis dalam QS Al-Ankabut ayat 25.

Setelah memahami bahwa Allah swt yang telah menyelamatkan Ibrahim sewaktu menghadapi perapian yang membara, Namrud beserta para pengikutnya merasa dipermalukan serta merasa takut bahwa akan ada lebih banyak orang yang percaya kepada Ibrahim dibanding kepada kerajaannya.

 

Perintah Haji dan Idul Adha

Idul Adha pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan sebuatan “Hari Raya Haji”

Di mana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah.

Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan.

Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah swt, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.

Di samping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena pada hari itu Allah memberi kesempatan kepada kita untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Bagi umat muslim yang belum mampu mengerjakan perjalanan haji, maka ia diberi kesempatan untuk berkurban, yaitu dengan menyembelih hewan qurban sebagai simbol ketakwaan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Jika kita menengok sisi historis dari perayaan Idul Adha ini, pasti akan terpikirkan kisah Nabi Ibrahim, yaitu ketika beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu.

Mereka di tempatkan di suatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun.

Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu.

Di tempatkan di suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri Palestina.

Tapi baik nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.

Karena pentingnya peristiwa tersebut. Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an:

رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Artinya: Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah) yang dimuliakan.

Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat. Maka jadikanlah gati sebagia manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (QS Ibrahim: 37)

Idul Adha dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari raya penyembelihan. Hal ini untuk memperingati ujian paling berat yang menimpa nabi Ibrahim.

Akibat dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).

Setelah gelar Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?”

Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal baktinya!”

Sebagai realisasi dari firmannya ini, Allah swt mengizinkan pada para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.

Mari kita teladani iman nabi Ibrahim menjadi umat yang taat. Dengarkan audiobook ini supaya Sobat Finansialku bisa memberikan Zakat, Infaq, dan Sedekah lebih baik dan direncanakan.

banner -zakat, infaq, dan sedekah

 

 

Teladani Kisah Nabi Ibrahim dengan Merencanakan Keuangan

Berkurban merupakan sunnah muakkad, atau sunnah yang dikuatkan bagi yang memiliki kemampuan.

Berkurban selain melaksanakan perintah Allah SWT dan menjadi ladang pahala bagi yang berkurban, juga dapat meningkatkan ketahanan pangan dan gizi masyarakat.

Mungkin banyak tetangga disekitar Sobat Finansialku atau di daerah lain yang jarang sekali makan daging karena harganya yang cukup menguras kantong.

Momen berkurban ini merupakan kesempatan untuk berbagi pada sesama.

Mengikuti perkembangan zaman yang mana semuanya serba cepat dan instan, kini Sobat Finansialku bisa mempersiapkan dana baik untuk perjalanan ibadah haji atau umroh dan untuk membeli hewan kurban sejak jauh-jauh hari.

Kamu bisa menggunakan Aplikasi Finansialku menu Dana Perjalanan Ibadah atau Dana Membeli Barang untuk tujuan keuangan kurban.

Dengan perencanaan keuangan yang baik, kita bisa menyiapkan dana kurban dengan lebih mudah dan tidak perlu merasa berat.

 

Download Aplikasi Finansialku Sekarang!!

Download Aplikasi Finansialku

 

Siapa sih yang tidak ingin menjalankan ibadah yang paling dicintai Allah ini? Yuk beri pendapat kamu di kolom komentar ya.

Tantu kita ingin bisa menjadi pribadi yang beriman seperti nabi Ibrahim bukan, nah mari kita mulai dengan membagikan kisah inspirasi ini kepada banyak kaum muslimin di luar sana ya.

Terima kasih.

 

Sumber Referensi:

  • Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Widya Cahaya, 2011.

 

Sumber Gambar: 

  • 01 – https://bit.ly/3tz9Sm9
  • 02 – https://bit.ly/3bdjZqw
  • 03 – https://bit.ly/3vKcy1Q

dilema besar